Ditambahkan oleh putra dari Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung itu, justru yang menjadi sorotan adalah terkait serapan gabah di Kabupaten Kediri saat ini yang dinilai masih kurang baik. Menurutnya, pengelolaan ini juga perlu dilakukan sosialisasi. Supaya gabah itu dapat terserap oleh Bulog.
"Nanti kita berencana akan sediakan tempat pengeringan hingga diberikan hairdryer atau pengeringan supaya hasil gabah dapat lebih baik lagi dan pada akhirnya gabah-gabah dari petani dapat terserap (oleh Bulog)," pungkas Mas Bup Dhito.
Sebelumnya, Suyitno (48), Ketua Kelompok Tani Waru waru, Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, juga menolak kebijakan impor beras oleh pemerintah. Pasalnya, saat ini petani sedang masa panen raya.
Menurut Suyitno, saat ini kendala yang dihadapi petani setelah panen adalah gabah mereka ditolak oleh Bulog dengan alasan masih ada gabah hijaunya.
"Karena ditolak Bulog, maka gabahnya akan disimpan dulu, sampai harga gabah kering naik. Karena harga gabah di pasaran sendiri juga lagi jatuh hanya berkisar antara Rp. 3.000 - 4.300/kg," kata Suyitno.(uji)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News