Pengamat Transportasi Sebut Pemerintah Harus Serius Dukung Operasional Bandara Dhoho Kediri

Pengamat Transportasi Sebut Pemerintah Harus Serius Dukung Operasional Bandara Dhoho Kediri Bandara Dhoho Kediri. (Ist).

KEDIRI, BANGSAONLINE.com – Pengamat transportasi Universitas Surabaya, Prof. Dadang Supriyatno, mengatakan bahwa keberadaan Bandara Dhoho Kediri menjadi harapan baru untuk terkoneksinya wilayah Selatan Provinsi Jawa Timur (Jatim) dengan cepat dan efisien.

Menurut Dadang, pemerintah harus dituntut untuk serius mendukung beroperasinya Bandara Dhoho yang merupakan proyek strategis nasional untuk membuka jalur transportasi udara di wilayah Selatan Jatim.

“Bandara Dhoho ini menambah pilihan moda transportasi udara di Jawa Timur, tidak harus ke Surabaya (Juanda),” katanya, Jumat (16/5/2025).

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah wajib mendorong beroperasinya Bandara Dhoho dengan melakukan pemetaan rute potensial dan menyediakan infrastruktur pendukung bandara.

Ia mencontohkan bagaimana keberadaan Bandara Banyuwangi yang sempat hampir mati karena sepinya penumpang yang berimbas pada minimnya maskapai yang masuk, kini menjadi salah satu bandara yang hidup.

Hidupnya Bandara Banyuwangi itu, lanjut Dadang, setelah pemerintah melalui Kementerian Perhubungan bergerak bersama-sama menghidupkan bandara tersebut. Pemerintah melakukan pemetaan rute yang potensial, sehingga maskapai sebagai pihak swasta tergerak membuka jalur penerbangan di Banyuwangi.

“Selama ini kan urusan (membuka pasar) diserahkan maskapai. Komitmen pemerintah hanya di atas kertas saja, sehingga maskapai berjuang sendiri menciptakan pasar,” kritik Dadang.

Dadang berharap, pemerintah mengkaji ulang konsep Bandara Dhoho dengan melibatkan pakar atau akademisi. Sehingga semua persoalan yang menghambat beroperasinya Bandara Dhoho bisa diinventarisir untuk diselesaikan bersama-sama. Termasuk pengaturan wilayah udara di bagian Selatan Jatim yang sebelumnya menjadi area latihan pesawat tempur Lanud Iswahjudi.

“Dibutuhkan intervensi pemerintah pusat untuk duduk bersama seluruh stakeholder dan pakar transportasi, sehingga cita-cita mewujudkan akses transportasi udara di Selatan Jawa Timur bisa terwujud,” tegasnya.

Dadang menjelaskan, Bandara Dhoho dibangun atas inisiatif dan keberanian PT Surya Dhoho Investama yang merupakan anak perusahaan PT Gudang Garam Tbk. Pembangunan ini murni dilakukan pihak swasta tanpa dukungan anggaran pemerintah sama sekali.

Seperti diketahui, Bandara Dhoho ini didesain memiliki panjang runway atau landas pacu berukuran 3.300 x 60 meter, apron commercial berukuran 548 x 141 meter, apron VIP berukuran 221 x 97 meter, 4 taxiway, dan lahan parkir seluas 37.108 meter persegi. Di sisi darat, bandara ini memiliki terminal penumpang seluas 18.000 meter persegi berkapasitas 1,5 juta penumpang per tahun.

Beroperasinya Bandara Dhoho ini menjadi harapan baru masyarakat Jatim dalam mendapatkan akses transportasi udara yang cepat dan efisien. Selain menghubungkan 13 kota dan kabupaten di Jatim, keberadaan Bandara Dhoho juga mendongkrak sektor ekonomi, pariwisata, dan religi.

Bandara ini juga diharapkan bisa membuka rute baru perjalanan umrah dari Kediri ke Tanah Suci, sehingga layanan penerbangan umrah bisa lebih cepat dan nyaman. (uji/msn)