FGD HUT IJTI ke-25 Seru, Muncul Kasus WIL, Pemerasan, hingga Medsos

FGD HUT IJTI ke-25 Seru, Muncul Kasus WIL, Pemerasan, hingga Medsos Dari kiri, Bambang Iswayoedhi, Hari Tri Wasono (pegang mik), Rofiq Huda, Dwijo Maksum, dan Roma Duwi Juliandi. Foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE.com

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Focus Group Discussion () yang digelar Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Koordinator Daerah (Korda) Kediri bekerja sama dengan PT. Gudang Garam Tbk, berlangsung seru. Acara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 IJTI itu digelar di Hotel Merdeka, Kota Kediri, Kamis (31/8/2023)

menampilkan narasumber Direktur koranmemo.com Bambang Iswahyoedhi, Founder dan Pimpinan Redaksi kediripedia.com Dwijo Utomo Maksum, dan CEO Andika Medianet Rofik Huda dengan dipandu Hari Tri Warsono. Banyak pertanyaan yang muncul dari peserta yang hadir walapun terkesan masalah klasik.

Salah satu pertanyaan di antaranya ialah bagaimana cara mengatasi wartawan yang melakukan penekanan dan pemerasan. Penanya menceritakan, ada temannya yang kebetulan mempunyai masalah terkait WIL. Masalah itu diendus oknum yang mengaku wartawan. Si oknum lalu mengikuti si pria yang kebetulan sedang membonceng WIL-nya.

Singkat cerita, si oknum yang mengaku wartawan terang-terangan minta uang tutup mulut agar kasusnya tidak dimuat. Karena ketakutan, maka diberilah si wartawan itu uang sebagai uang tutup mulut.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Dwijo Utomo Maksum mencoba memberikan jawaban dengan cara jenaka. Menurut Dwijo, sebenarnya setiap orang bisa mengaku sebagai apa saja demi mendapatkan uang. Ada yang mengaku wartawan, ada juga yang mengaku polisi dan lain. Intinya, mereka itu hanya ingin mendapatkan uang dengan cara menakuti-nakuti calon korbannya.

"Kalau kejadiannya seperti itu, korban bisa langsung lapor ke polisi, karena itu merupakan bentuk pemerasan yang kebetulan dilakukan oleh oknum yang mengaku wartawan," ujar mantan wartawan Majalah Tempo itu.

Menurut Bambang menjadi wartawan itu sebenarnya tidaklah mudah. Dia mencontohkan, bagi seseorang yang ingin menjadi wartawan harus melalui proses rekrutmen yang tidak mudah oleh perusahaan media. Setelah lolos, wartawan harus mengikuti uji kompetensi wartawan (UKW) yang dilaksanakan oleh Dewan Pers. Ada beberapa jenjang yang harus dilalui, yaitu jenjang wartawan muda, madya, dan utama.

"Kalau di PWI, sebelum mengikuti UKW, wartawan tersebut harus mengikuti dulu OKK (Orientasi Kewartawanan dan Keorganisasian)," ujar pria yang juga Ketua PWI Kediri itu.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO