Bangkitkan Tradisi Keilmuan Berbasis Kitab Kuning, Kiai Jaiz Galakkan Ngaji Hadits Bukhari dan Ihya

Bangkitkan Tradisi Keilmuan Berbasis Kitab Kuning, Kiai Jaiz Galakkan Ngaji Hadits Bukhari dan Ihya KH Moh Jaiz Badri Masduki saat mememberikan pengajina Kitan Shahih Bukhari dan Ihya Ulumiddin di Pondok Pesantren Badrul Islam, Peleyan Panarukan, Situbondo, Ahad (21/08/2022). Foto: Syaiful Bahri/BANGSAONLINE.com

SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - “Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad SAW setiap malam pada pada bulan Ramadhan. Jibril mendiskusikan dan membaca al Quran bersama Rasulullah. Setiap kehadiran wahyu, Nabi Muhammad semakin tinggi jiwa kedermawanannya. Hadits inilah yang kemudian oleh Wali Songo ditradisikan menjadi Tadarrus al Qur’an pada malam bulan Ramadhan.“

Demikian cuplikan KH Moh Jaiz Badri Masduki dalam pengajian Kitab Shahih Bukhari Juz 1 Hadits nomor 5 dan 6 yang digelar di Pondok Pesantren Badrul Islam, Peleyan Panarukan, Situbondo, Ahad (21/08/2022)

BACA JUGA:

Pengajian Kitab Kuning Shahih Bukhari dan Kitab Ihya Ulumuddin ini diadakan rutin setiap Ahad pagi untuk masyarakat umum. Tujuannya untuk menghidupkan di kalangan masyaraat Siubondo.

Gus Saiful Bahri, koordinator pengajian kitab ini menyatakan bahwa pengajian Kitab Kuning Shahih Bukhari dan Ihya Ulumuddin dilaksanakan karena banyak permintaan dari msyarakat kepada Kiai Jaiz.

“Alhamdulillah, beliau bersedia mengasuh, dan pesertanya semakin bertambah selama tiga kali pengajian hingga saat ini,” kata Gus Saif, penggilan kiai muda ini.

Menurut dia, banyak alumni pesantren yang ahli kitab kuning, tapi ketika pulang ke masyarakat justru kitabnya disimpan di gudang, tak dibuka lagi.

Pangajian kitab kuning yang diasuh Kiai Jaiz sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Menurut Gus Saif, yang juga pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah, Bugeman Kendit Situbondo, dirinya sudah mengaji sorokan berbagai kitab kepada Kiai Jaiz. Seperti kitab al Mawaidul Usfuriyah, Nurul al Dhalam, Abwabul Faraj, al Mutasaddidun, Tafsir Sawawi, dan Ihya Ulumuddin jilid 1.

Pengajian kitab yang diasuh Kiai Jaiz ini dikemas dalam bentuk kajian kitab seperti kegiatan akademis di kampus-kampus. Setelah Kiai Jaiz membaca kitab gundul itu, ia menjelaskan isinya dan kemudian diadakan sesi tanya jawab dan diskusi.

Setidaknya lebih dari 70 orang hadir dari berbagai kalangan, termasuk para kiai, gus, nyai, santri, mahasiswa, dosen, guru dan kalangan Umum. Seperti umumnya pengajian para kiai selalu saja penuh dengan ger-geran.

Para peserta juga aktif. Banyak yang mengajukan pertanyaan. Bahkan ada beberapa peserta tidak

kebagian pertanyaan karena waktu harus barakhir.

Kepada BANGSAONLINE.com, Kiai Jaiz mengatakan bahwa hidup adalah mengaji. Menurut dia, mengaji adalah ruh kehidupan bagi santri.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO