Masjid Mayor di Granada, Inilah Catatan Safari Dakwah KH Cholil Nafis di Eropa | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Masjid Mayor di Granada, Inilah Catatan Safari Dakwah KH Cholil Nafis di Eropa

Kamis, 22 September 2016 21:29 WIB

KH Cholil Nafis (kanan) berbincang dengan warga Granada. foto: dokumen pribadi

Lima abad, identitas Muslim dan semua yang berbau Arab, baik bahasa, tradisi, makanan sampai baju, dilenyapkan oleh pasukan Kristen. Namun, dengan berdirinya masjid ini, seakan semua-nya kembali. Masjid inilah yang kemudian menjadi simbol pertama keberadaan kaum muslim di Granada sejak 1492. Setelah hampir 22 tahun, melalui bermacam kontroversi dan penolakan dari pemerintah Granada, masjid putih dengan arsitektur gabungan antara Mezquita di Cordoba dan Masjid Al-Aqsa di Jerussalem kembali berdiri kokoh.

Rasa-rasanya masjid ini bukan sebatas bangunan biasa untuk beribadah, namun lebih dari itu. Bangunan ini seperti mempunyai ruh, sehingga mampu mengembalikan romantisme kegemilangan peradaban muslim Andalusia ketika itu. Meskipun, nyatanya, Granada sekarang bukanlah Granada beberapa abad silam.

Memori umat muslim Granada yang telah mengakar selama delapan abad di Semenanjung Iberia seolah terkubur dan hampir musnah. Identitas sebagai muslim sengaja disembunyikan untuk mendapat pengakuan sebagai warga negara Spanyol selama bertahun-tahun.

Saat saya memasuki masjid Mayor ini awalnya terkunci. Beberapa saat, nampak seorang bule, memakai pakaian yang rapi menyapa. Namanya Bashir Cadtineria,penduduk setempat. Ternyata dia direktur masjid Jami’ Granada. Ia seorang muallaf muda sekitar umur 30-an tahun. Sambil bercakap-cakap sebentar, dia kemudian bercerita tentang masjid di Granada, bahwa masjid itu adalah satu-satunya di Granada. Ada tempat lain cuma seperti mushallah. Saya dipersilahkan masuk masjid untuk shalat tahyatal masjid. Kemudian diajak berbincang tentang Masjid dan umat Islam di Spanyol, khususnya di Granada.

Bashir bercerita, bahwa masjid Mayor ini juga dijadikan sebagai pusat kajian Islam yang bertujuan untuk mengenalkan peradaban Islam yang toleran dan moderat. Ruangannya terpisah dengan bangunan masjid, tepatnya berada di lantai bawah. Hall ini terdiri dari perpustakaan, ruang kelas dan ruang konferensi.

Kini, Masjid Jami’ Mayor Granada menjadi rumah bagi sekitar lima ratus muslim yang berada tak jauh dari distrik Albayzin. Kehadirannya digambarkan sebagai kembalinya peradaban Muslim di Granada. Bukan untuk mengambil kembali kekuasaan, namun untuk menyuarakan bahwa mereka juga termasuk warga negara Spanyol yang selama ini diasingkan. Bahwa Islam bukan penjajah dan bukan haus darah, tetapi Islam mengajarkan acara hidup yang sesuai fitrah manusia. Mudah-mudah para muajahid ini sukses di medan perjuangannya di negeri Matador.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video