Produksi Gula dan Tebu di Jawa Timur Sumbang 49,55 Persen Nasional | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Produksi Gula dan Tebu di Jawa Timur Sumbang 49,55 Persen Nasional

Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Selasa, 13 Desember 2022 19:56 WIB

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

"95 persen petani di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku peran. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani rakyat, APTRI, pabrik maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik," ujarnya.

Sementara itu, Dinas Perkebunan Jawa Timur mencatat, setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi . Pada 2020 sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,15, sementara pada 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35.

Di mana peningkatan produksi ini juga dihasilkan dari inovasi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Jawa Timur, yakni dengan program 'Timbangan Tebu' (Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu).

"Inovasi ini mensinergikan masing-masing peran dari setiap pemangku kebijakan," ujar Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno.

Inovasi 'Timbangan Tebu' tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.

Di samping itu Dinas Perkebunan Jawa Timur juga melakukan monitoring ke Pabrik Gula, Dinas Perkebunan Prov. Jatim untuk memberikan edukasi kepada petani melalui Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practice (GAP) bekerjasama denhan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).

"Dimana program ini juga mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula (PG) menjadi 6 klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo," imbuhnya.

Dengan pendekatan klasterisasi PG, Heru menambahkan, diharapkan lalu lintas pengiriman dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS). (dev/mar)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video