KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, yang menjadi mitra strategis LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) menggelar tausiyah kebangsaan dalam rangka pembekalan pengurus organisasi dan pembekalan kelembagaan LDII, Minggu (13/6).
Sebagai narasumber utama adalah Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (DP MUI) Dr. KH. Marsudi Syuhud, M.A. yang didampingi Wakil Sekjen DP MUI Arif Fahrudin M.Ag., Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan DP MUI Prof. Dr. H. Firdaus Syam, M.A., dan Sekretaris Dr. Ali Abdillah.
BACA JUGA:
- Pastikan Maju Kembali di Pilkada 2024, Khofifah Dapat Dukungan dari LDII
- Halal Bihalal dengan Pegawai Lingkup Kecamatan Pesantren, Pj Wali Kota Kediri Beri Pelbagai Arahan
- Tebar Berkah Ramadan, Yayasan Wings Peduli Bagikan Paket Sembako ke Pondok Pesantren Lirboyo.
- Orang Tua Terdakwa Penganiayaan Santri di Kediri Sesalkan Sikap Pondok
Acara tausiyah kebangsaan tersebut diikuti lebih dari 5.000 orang yang terdiri para ulama dan para pengurus LDII, serta perwakilan dari MUI di provinsi dan kabupaten/kota.
“Tausiyah kebangsaan ini penting dalam kondisi keumatan yang menghadapi masalah yang kompleks dan multidimensi, kami membutuhkan pencerahan,” ujar Pimpinan Pondok Pesantren Wali Barokah, Drs. KH. Soenarto, M.Si.
Sebagai pondok pesantren yang diamanati DPP LDII untuk menghasilkan juru dakwah, KH Soenarto menilai posisi Pondok Pesantren Wali Barokah sangat strategis. “Maka para juru dakwah itu perlu dibekali ilmu agama yang kaffah, dan wawasan kebangsaan yang kuat dan mantap,” terangnya.
Sementara itu dalam sambutannya, Ketua Umum DPP LDII Ir. KH. Chriswanto Santoso, M.Si. mengemukakan pentingnya menjalin silaturahim. Dengan silaturahim itu, para tokoh agama bisa turut memikirkan bangsa dan negara sebagai kontribusi untuk menjadikan Indonesia negeri yang makmur penuh rahmat dari Allah.
“Tausiyah ini jadi penting untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, agar ukhuwah wathoniyah juga kuat, dan ketiga ukhuwah basariyah terjaga. Para pendiri bangsa mendirikan negeri ini atas perbedaan yang tak bisa dihindari, dan para ulama menjadi motor penggerak perjuangan. Dari perbedaan itu, justru kita menyatu,” ujarnya.
Chriswanto juga memberikan paparan tentang kemajuan teknologi di tengah era digital ini. Dampaknya, internet mempermudah lalu lalang informasi. Namun, teknologi itu juga mempermudah fitnah menyebar.
“Digitalisasi memungkinkan menulis atau mengubah suara menjadi saya, padahal pesan-pesannya bukan dari saya. Ini bisa mendatangkan fitnah dan perpecahan umat,” imbuhnya seraya mengingatkan, bahwa para pendiri membentuk LDII bertujuan untuk berkontribusi kepada umat, bangsa, dan negara secara positif.
“Kami memiliki delapan program kerja yang diselaraskan dengan program nasional, agar menjadi solusi. LDII harus mendukung bangsa dan negara dan memberi solusi terutama masalah kebangsaan. Bila Indonesia goyang, LDII turut ikut sempoyongan,” terang Chriswanto Santoso.
Sedangkan KH Marsudi Syuhud dalam tausiahnya menekankan pentingnya keterhubungan antar manusia, baik itu secara rohani, pikiran, amaliyah, dan berbagai hal lainnya.
Klik Berita Selanjutnya