PALEMBANG, BANGSAONLINE.com – Gubernur Sumatera Selatan H. Herman Deru minta Nahdlatul Ulama (NU) tidak dikotak-kotakkan ke satu partai. Ia menengarai ada penggiringan NU ke satu partai politik (parpol). Padahal, kader NU ada di mana-mana bahkan menyebar di semua partai politik.
“Ini saya ingatkan agar (NU) tidak bergeser ke kotak partai. NU itu besar. Tidak bisa diidentikkan dengan partai tertentu,” tegas Herman Deru saat memberi sambutan dalam acara pengukuhan Forum Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIS) dan Pelantikan Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Sumsel di Griya Agung, Rumah Dinas Gubernur Sumsel di Palembang, Ahad (7/2/2021).
BACA JUGA:
- Aktivis NU Kultural ini Desak PKB Objektif soal Rekom pada Pilkada 2024 di Kabupaten Pasuruan
- Hardiknas 2024, ISNU Jatim Undang Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Ikuti Workshop
- Pesan Gus Kikin untuk ISNU Jatim: Hadratusyaich adalah Ulama yang Unggul
- Gunakan 9 Becak, Mantan Rektor Daftarkan Diri sebagai Bacawabup Jember ke PKB
“Tapi kalau partai tertentu mengidentikkan dengan NU, nggih monggo. Tak masalah. Tapi NU begitu besar. Maka kita jangan bikin garis demarkasi sendiri. Bahwa NU milik semua orang. Milik orang yang berpartai apapun di Indonesia ini. Namun Ahlussunnah Wal Jamaah,” tegas Herman Deru yang disambut tepuk tangan.
“Ini ada penggiringan. (NU) diidentikkan dengan partai tertentu,” tegas Herman Deru. “Kalau NU kita identikkan dengan segmen tertentu, maka NU itu akan mengecil,” katanya.
Herman Deru pun menegaskan jatidirinya sebagai kader NU. “Saya ini Ketua ISNU (Ikatan Sarjana NU-Red) dua periode dan Mustasyar NU,” tegas mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) dua periode tersebut.
Ia juga menyinggung lagu Yahlal Wathan karangan KH A Wahab Habullah yang biasa dinyanyikan dalam forum resmi NU dan banom serta lembaganya. Menurut dia, lagu tersebut boleh dinyanyikan siapa saja kader NU.