 Profesor Dr KH Said Aqiel Siradj. Foto: tempo.co.id
																							Profesor Dr KH Said Aqiel Siradj. Foto: tempo.co.id
																					SURABAYA(BangsaOnline) Hari ini (Sabtu, 29/11), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 
KH Said Aqil Siroj, dikukuhkan sebagai Guru Besar di bidang Ilmu 
Tasawuf di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
 
"Pak
 Said akan dikukuhkan sebagai Profesor ke-47 di lingkungan UIN Sunan 
Ampel," kata Rektor UIN Sunan Ampel, Abdul A’la, di Surabaya, seperti 
dalam rilis yang diterima redaksi dari Staf Ahli Ketua Umum PBNU.
 
A’la
 menambahkan, prosesi pengukuhan akan dilangsungkan dalam sidang senat 
terbuka yang dihadiri oleh seluruh anggota senat UIN Sunan Ampel. 
"Untuk profesor di bidang tasawuf, Pak Said ini menjadi orang ke-delapan di Indonesia," tambahnya.
 
Dalam
 pengukuhan sebagai guru besar ini, Kiai Said akan menyampaikan orasi 
ilmiah dengan judul "Tasawuf sebagai Revolusi Spiritual dalam Kehidupan 
Masyarakat Modern". 
Tentang pilihan makalahnya, Kiai yang 
menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 di Arab Saudi tersebut, 
menjelaskan, tasawuf memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di era 
globalisasi saat ini.
 
"Jika dulu masyarakat melihat materi hanya
 sebagai pelengkap, saat ini tidak. Masyarakat di era globalisasi ini 
lebih materialistik karena materi dunia telah mempengaruhi pola 
berpikirnya," urai Kiai Said.  
 
Melalui pemikiran tasawuf 
sebagai revolusi spiritual, masih kata Kiai Said, diharapkan mampu 
mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat. 
"Sebelum semua ini kebablasan, saya ingin menawarkan pemikiran tasawuf sebagai revolusi spiritual," tuntasnya.
 
Prosesi
 pengukuhan guru besar ini dilangsungkan di Auditorium Kampus UIN 
Sunan Ampel, Surabaya, dengan total tamu undangan mencapai 1000 orang. 
Di antara tamu undangan tersebut adalah menteri di Kabinet Kerja 
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, antara lain M. Nasir, Marwan 
Jafar, Khofifah Indar Parawansa, dan Imam Nahrawi.
 
Acara ini 
juga akan dihadiri mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad 
Nuh, serta sejumlah pejabat tinggi negara, tokoh nasional, dan 
perwakilan kelompok usaha. 
 
                             
                                         
             
            
 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														










 
												