JAKARTA(BangsaOnline) Sebanyak empat jemaah haji meninggal
dunia dan lebih dari 75 orang lainnya mendapat perawatan intensif akibat
dehidrasi pasca wukuf, Jumat 3 Oktober 2014. Saat wukuf suhu di Arafah bertahan
di antara 43-45 derajat celcius. Sayangnya, pasokan air dinilai tidak cukup
memadai.
Komisi Pengawas Haji Indonesia menyesalkan peristiwa itu dan meminta Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Arab Saudi, membuat gerakan penyediaan
air minum besar-besaran saat di Mina, ketika jemaah harus bermalam tiga hari.
Ini untuk menghindari berulangnya kasus di Arafah.
Ketua PPIH Achmad Jauhari membantah minimnya pasokan air ke di maktab-maktab
jemaah saat di Arafah, kemarin. Pasokan air, kata dia sebetulnya cukup. Hanya
saja suhu memang sangat tinggi, antara 43-45 derajat celcius. Karena itu selama
di Arafah, petugas selalu mengingatkan jemaah agar tidak beraktivitas di luar
tenda karena tingginya suhu.
Setiap jemaah, dia menjelaskan, sekali makan mendapat dua botol minum ukuran 330
ml. Di Arafah, jemaah mendapat empat kali makan. Disamping itu, saat menuju
Muzdalifah untuk bermalam, jemaah juga dibekali snack berat dan dua botol air
minum.
"Jadi kalau dibilang kekurangan pasokan minum nggak juga. Tahun lalu,
jemaah juga mendapat dua botol air sekali makan. Kali ini suhunya memang panas
sekali," kata Jauhari.
Dengan suhu ekstrem ini, praktis kebutuhan asupan cairan jemaah memang
meningkat. Muasassah-muasassah yang bertanggung jawab atas maktab-maktab di
Arafah sebetulnya sudah mengantisipasi dengan menyediakan minum tambahan dari
sumber yang layak minum, meski tidak dalam bentuk kemasan. Air-air itu ditaruh
di dalam termos yang diletakkan di lorong-lorong tenda jemaah.
"Tapi ini ternyata belum cukup meng-cover kebutuhan jemaah," kata
Jauhari.
Ketua KPHI Slamet Effendy Yusuf di kesempatan terpisah menyatakan, mestinya
jika masalah pasokan air minum menjadi tugas muasassah dan maktab, tetap harus
ada pengawasan dari penanggungjawab katering di PPIH.
"Harus ada pengawasan dari katering sebagai antisipasi suhu tinggi karena
banyak jemaah kategori risti. Kekurangan air jadi triger (ambruknya
jemaah)," kata dia.
Kalau pun Kemenag harus mengeluarkan biaya tambahan pasokan minum, KPHI akan
ikut bertanggung jawab jika suatu waktu hal itu dipertanyakan. "Ini untuk
kepentingan jemaah, kondisinya darurat, emergency, tentu membolehkan apa yang
dilarang," katanya.
KPHI telah mengingatkan jajaran pejabat di Kemenag, termasuk menteri dan
dirjen, untuk melakukan gerakan penyediaan besar-besaran air minum di Mina.
Sebab, menurut komisioner KPHI Abidinsyah Siregar, tim kesehatan sudah cukup
serius mengantisipasi banyaknya jemaah risti dengan menyiapkan tim Jemarat di
Arafah. Bahkan 55 orang tim medis yang bertugas di Arafah sampai berkomitmen
tidak berhaji.
"Sebelum wukuf semua terkendali, sesuai rencana, namun kemudian yang
terjadi sesuatu di luar kesehatan. Apa boleh buat," katanya.
Dari hasil diagnosis tim medis, kebanyakan jemaah yang bertumbangan akibat
dehidrasi yang memicu munculnya penyakit-penyakit lama mereka.
Pasokan Air Kurang, Banyak Jemaah Bertumbangan Usai Wukuf
Sumber: vivanews.com













