Beri Anak iPad, Anda akan Disepelekan

Terjemahan al-Ra’d: 07

Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.

Tafsir

Masih membicarakan orang-prang kafir yang terus menuntut nabi Muhammad agar begini dan begitu, baru mereka mau beriman. Pernah menuntut agar mereka reinkarnasi total, dalam artian kembali bayi lagi dengan ruh yang sama, tapi bodi baru. Pernah meminta agar al-Qur'an turun dari langit berupa kertas bertuliskan huruf-huruf yang mudah dibaca. Pernah memintya agar bukit Shafa diubah menjadi emas. Yang congkak, mereka menantang agar segera ditimpa azab jika mereka salah. Hal itu untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, dan dalam ayat ini, mereka kembali meminta agar turun ayat sebagai bukti yang bisa disaksikan.

Nabi Muhammad SAW diam saja, karena mengerti bahwa turunnya ayat itu otorita Tuhan dan nabi hanya sebatas bisa memohon. Tuhan tidak melayani permintaan mereka karena tahu bahwa mereka hanya main-main, andai dikabulkan, mereka juga tidak akan beriman, sehingga sia-sia saja melayani mereka. Sebagai gantinya, Tuhan memberi pernyataan ulang untuk mementapkan hati nabi, "innama ant mundzir", bahwa kamu, wahai Muhammad adalah utusan Tuhan beneran yang tegas memberi peringatan kepada umat manusia.

Ini pelajaran bagi siapa saja yang menjadi juru bicara Tuhan, termasuk guru, kiai, penceramah, pengabdi agama lainnya bahwa di lapangan tidak semulus yang dibayangkan. Ada yang rewel, ada yang abai dan ada yang suka menuntut tapi belum tentu konsekuen. Khusus tuntutan, memang perlu diperhatikan, tapi juga perlu dipertimbangkan.

Semisal anak kecil, sering kali menuntut hal besar, maka orang tua yang baik akan mempertimbangkan dan tidak langsung mengabulkan. Diakui, bahwa ipad, tab dan sebangsanya dengan sekian varian game elektronik memang keren dan simbol anak moderen. Orang tuanya juga merasa sebagai keluarga trendy jika anaknya lihai sentah-sentuh layar. Tapi apa manfaatnya?. Semua ahli pendidikan sepakat, bahwa "itu barang" sangat berefek negatif pada prilaku anak, lelet berinteraksi, cepat emosi, maunya cepat dilayani, bahkan, jika sedang asyik bermain, dipanggil siapapun tak akan peduli. Tak sedikit orang tua marah-marah mengancam hendak membanting iped mainan anaknya.

Dialah Umar ibn al-Khattab yang punya kata-kata: " 'alliqu al-sauth". Sediakan cemeti di rumah kalian dan gantungkan". Secara fisik memang begitu, di rumah Umar ada cambuk kecil yang digantungkan di sudut dinding. Gunanya jelas, untuk menghukum secara fisik anaknya yang tidak patuh, malas belajar atau malas beribadah. Tapi diriwayatkan pukan pula, bahwa cambuk itu tidak pernah dipakai. Ini yang hilang di rumah kita, di sekolah kita, di TPQ kita. Era keterbukaan yang didampingi HAM amat kuat menjadi penguasa hingga kebablasan dan mereduksi sebagian piranti pendidikan menuju anak shalih, ahli ibadah dan berakhlaq mulia.

Menggantungkan cemeti di rumah bukanlah simbol kekerasan, melainkan simbol pendidikan yang mengandung makna peringatan terus menerus terhadap seluruh anggota kelurga agar senantiasa berusaha patuh dan taa beribadah dan tidak mencoba-coba melanggar. Cemeti yang digantungkan juga dimaksudkan aman dari jangkauan anak-anak dan tidak dibuat main-main. Maka tertanamlah di hati anak-anak, bahwa cemeti khusus itu tidak lagi sebagai barang mainan, melainkan malaikat yang terus mengawasi dan siap mengekskusi.

Meski demikian, Umar R.A. tak pernah mencemeti anaknya sendiri, sehingga semua anaknya menjadi orang-orang bagus dan patuh. Dialah bernama Ashim, anak lelaki Umar yang cakap dan cakep, menurut begitu saja terhadap pilihan orangtuanya menikahi Laila, anak perempuan penjual susu eceran. Umar yang presiden itu tidak malu besanan dengan keluarga miskin. Hasilnya, dari pernikahan ini lahir khalifah Umar ibn Andil Aziz yang kesohor adil dan sangat amanah.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO