Rupiah, Oh Rupiah, Warnamu Tak Semerah Nilaimu

Rupiah, Oh Rupiah, Warnamu Tak Semerah Nilaimu Meski warnanya sangat merah, namun nilainya masih kalah dengan mata uang dolar yang hanya berwarna hitam putih. Secara fisik saja juga tampak, mata uang dolar lebih awet bersih, sementara rupiah lebih cepat kusam.

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Siapa yang tidak bahagia di dalam dompetnya terisi penuh uang pecahan Rp 100 ribuan. Mayoritas masyarakat akan semakin percaya diri, apabila saat jalan-jalan ke mall didompetnya berisi uang dengan warna merah bergambar presiden pertama RI Soekarno dan Mohamad Hatta.

Namun, uang kertas dengan warna mayoritas merah itu akan tampak layu bila disandingkan dengan uang bergambar Benjamin Franklin yang hanya didominasi warna hitam putih. Bahkan, saking kalah pamor, cara penyimpanannya pun di mata masyarakat juga sangat berbeda jauh.

Banyak masyarakat yang tidak sadar dan memberlakukan uang rupiah, terutama Rp 100 ribu dengan seenaknya sendiri. Mulai, ditaruh didompet yang penuh lipatan, sampai terkadang memegangnya saat tangan dalam kondisi basah.

"Masyarajat kita kurang menghargai rupiah, bahkan ada yang menyimpan uang dengan distaples. Padahal jika sudah terkena staples dan masuk kembali ke Bank Indonesia, itu sudah termasuk dalam kategori uang rusak dan harus dimusnahkan," kata Kepala Bagian Pengelolaan Uang Rupiah Bank Indonesia Perwakilan Kediri Sujarwadi saat menggelar jurnalis class di Yogyakarta bersama jurnalis Kediri beberapa waktu lalu.

Menurut Sujarwadi, kebiasaan memberlakukan uang rupiah inilah yang harus diubah. Agar ke depan, bisa mengurangi beban biaya produksi pencetakan uang. Jadi, harus dirawat dan dijaga agar tetap bersih dan bisa tahan lama.

"Kalau kita menyimpannya sangat hati-hati, maka saat kembali ke Bank Indonesia akan lolos screening dan tidak sampai dimusnahkan," ujar dia.

Mahalnya biaya pembuatan uang, kata Sujarwadi tak lain juga karena sistem pengamanan dalam uang pecahan rupiah yang sangat ketat agar tidak mudah dipalsukan. Namun demikian, meski dirasa sudah sangat mendekati sempurna agar sulit dipalsukan, tetapi masih banyak juga peredaran uang palsu dimasyarakat.

Sesuai data dari Bank Indonesia perwakilan Kediri, dari tahun ke tahun tren peredaran uang palsu cenderung meningkat. Untuk tahun 2016 ini hampir mencapai 5 ribu lembar, dengan estimasi kenaikan mencapai 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan rincian uang pecahan 100 ribuan sebanyak 3.010 lembar, lalu uang pecahan 50 ribu sebanyak 1.741 lembar. Uang pecahan 20 ribu sebanyak 59 lembar, uang pecahan 10 ribu sebanyak 9 lembar, ditambah uang pecahan 5 ribu sebanyak 15 lembar.

"Bahkan beberapa tahun lalu, kami sempat menemukan uang pecahan 2000 palsu dan juga uang coin 500 yang dipalsukan," ujar dia.

Untuk itu, dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank Indonesia menerapkan kebijakan untuk mengganti atau menukar uang tidak layak edar dengan uang yang layak edar.

“Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga uang rupiah yang beredar berada dalam kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-ciri keasliannya,” kata Sujarwadi.

Kendati demikian, walaupun dalam menjaga kualitas uang rupiah adalah tugas BI, di sini peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk perawatan uang rupiah. Bukan persoalan kualitas bahan dari rupiah tidak bagus, justru pemerintah menekankan pada sisi perawatan yang benar, sehingga dengan kondisi uang yang bagus masyarakat bisa tetap mengenali perbedaan antara uang asli dan palsu.

Selain itu masyarakat Indonesia masih senang menggunakan transaksi secara tunai dibandingkan menggunakan transaksi secara nontunai. Hal ini jugalah yang membuat fisik rupiah menjadi cepat lusuh dan kumel. Dengan hal ini Bank Indonesia berupaya mengampanyekan 3D untuk menyayangi rupiah. Yakni didapat, disayang, dan disimpan.

Sementara untuk mengenali keaslian rupiah. Yakni, bisa dengan dilihat, diraba dan diterawang. Tanpa perlu menunggu ajakan BI, seharusnya masyarakat bisa sadar dengan sendirinya untuk lebih menyayangi rupiah.

Zainal salah satu pengusaha jasa penukaran uang asing di Kota Kediri juga heran dengan perlakuan uang rupiah dimasyarakat. Sangat beda jauh dengan masyarakat saat menyimpan uang dolar.

"Lihat saja mas, dolar saya masih bersih dan terlihat baru. Bandingkan dengan rupiah pecahan 100 ribu, sudah banyak yang lusuh dan kumel," ujarnya sambil menunjukkan uang pecahan Rp 100 ribuan dan U$ 50.

Sangat terawatnya uang dolar, kata Zainal, karena uang dolar yang ditukar dengan rupiah juga mempunyai tingkatan nilai. Jika kondisi uang dolar sampai lusuh atau bahkan terlihat ada lipatan kecil saja, nilai jualnya akan berkurang. Makanya, banyak kalangan masyarakat yang menyimpan dolar di sela-sela buku agar tetap awet.

"Beda jika masyarakat yang menyimpan rupiah, kadang di dompet yang penuh lipatan, kadang juga ditekuk-tekuk dislempitan dompet agar tidak keliahatan," ujar dia.

Untuk harga sendiri, kata Zainal ada beberapa tingkatan khusus untuk mata uang US dolar. Tingkatan harga mulai potongan Rp 150 sampai Rp 1500. “Apabila kerusakannya tergolong cukup parah, seperti robek, potongan bisa sampai 1500 rupiah per dolarnya,” ujar dia.

Untuk itu, ia juga berharap, agar masyarakat juga memperlakukan rupiah sama seperti memperlakukan mata uang dolar, terutama dalam penyimpanan. Minimal dompetnya yang tidak terlalu banyak lipatan, agar rupiah tetap bersih dan tidak mudah lusuh. (arif kurniawan)