Fashion On the Pedestrian, Pamerkan Motif Batik Sekar Jagad Blambangan

Fashion On the Pedestrian, Pamerkan Motif Batik Sekar Jagad Blambangan

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com - Ada banyak acara yang sangat mengasyikkan dan siap memanjakan para turis di Banyuwangi. Salah satu yang acara tahunan yang dimiliki kabupaten di ufuk timur Pulau Jawa ini adalah fashion on pedestrian, peragaan busana di trotoar taman kota.

Sekitar 100 model berlenggak-lenggok menyusuri pedestrian di ruang terbuka hijau Taman Blambangan, Jumat sore (7/10). Mereka turun ke jalan memeragakan busana bernuansa batik kontemporer. Aksi mereka membuat pengguna jalan di sepanjang Jl. Wahidin Sudirohusodo berdecak kagum di even yang merupakan rangkaian Banyuwangi Batik Festival (BBF).

Seperti yang dikatakan Dedi Endra (33), wisatawan asal Kota Batu. Pria yang bekerja di BPR Jatim Malang ini menilai, event ini tak kalah heboh dengan acara fashion di kota-kota besar. Meski catwalk-nya terbuka, tapi keglamorannya sangat terasa.

"Keren. Untuk Banyuwangi yang tengah gencar mempromosikan pariwisata, even ini pas sekali. Bagus kok, apalagi batiknya memiliki ciri khas tersendiri. Terang dan nyala," ungkapnya.

Para peragawan dan peragawati ini membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Peserta yang berlenggak lenggok di atas catwalk sepanjang 100 meter ini terbagi atas kategori anak yang membawakan tema busana kasual, remaja dengan tema busana pesta dan dewasa yang membawakan busana kerja.

Saat pertunjukkan dimulai, para model lokal ini pun tampil layaknya model profesional. Dimulai dengan kategori anak, beragam busana batik kasual dengan warna-warna cerah pun mendominasi.

Berlanjut dengan kategori remaja yang membawakan busana pesta, kain batik berhasil disulap menjadi aneka busana yang berkesan elegan dan mewah. Sedangkan di busana kerja yang dibawakan oleh kategori dewasa, para model pun tampil dengan desain busana yang lebih formal.

"Event ini upaya kita untuk membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap batik khas Banyuwangi. Melalui even ini kami juga ingin membuat industri batik daerah terus bergairah. Dari 20 motif klasik yang dulu dominan diproduksi pengrajin, Banyuwangi sekarang punya sedikitnya 62 motif batik. Mari terus bersinergi mengangkat kualitas batik yang semakin diminati,” kata Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko saat membuka Fashion On the Pedestrian.

Sementara itu, salah satu desainer nasional yang diusung oleh pemkab Priscilla Saputro mengatakan gelaran fasyen di Banyuwangi tahun ini mengalami peningkatan kualitas. Baik dari sisi model maupun desainernya yang sudah mengikuti trend mode saat ini. Menurut desainer Batik Nyonya Indo ini, para desainer lokal sudah mampu mengkolaborasikan antara desain baju dengan pewarnaan kainnya.

“Even ini sudah semakin bagus, para desainer sudah berani memakai trend-ternd warna global namun tidak meninggalkan ciri khas batik pesisiran Banyuwangi. Saat ini, antara desain baju dengan kainnya sudah pas. Modelnya saya kira juga lebih terasah, padahal di satu sisi animo peserta setiap tahun terus meningkat. Dari info panitia penyelenggara, setiap tahun terjadi peningkatan pendaftar remaja yang ingin menjadi model dalam fashion ini,” ujar Priscilla.

Salah satu peserta kategori remaja, Anindita dari SMA 1 Banyuwangi menceritakan antusiasmenya mengikuti Fashion On The Pedestrian ini. Even ini, bagi dia sangat menantang. Anindita yang sore itu mengenakan motif batik Sekar Jagad Blambangan karya desainer batik asal Banyuwangi mengatakan berjalan di catwalk trotoar ini lebih susah.

"Bismillah saja nanti saat show. Karena trotoar itu jalanny tidak rata, jadi harus ekstra hati-hati. Kemarin sih sudah mencoba saat gladi resik, jadi sudah mulai biasa," ujar Anindita.

Peserta lainnya, Riza menganggap bahwa acara ini menjadi wadah untuk menyalurkan passionnya di bidang model dan fesyen. “Saya suka sekali modeling, sejak tahun lalu kepingin ikut, tapi baru kesampaian sekarang. Alhamdulillah baru pertama ikut langsung lolos audisi. Bangga sekali bisa tampil disini,” kata Riza.

Untuk busana yang ditampilkannya, Riza mendesainnya sendiri bersama ibu dan tantenya. Waktu yang dibutuhkan dari mendesain pakaian sampai jadi hanya satu minggu saja. “Semua kami kerjakan sendiri satu keluarga. Bahkan kain batiknya kami tidak beli, tante membuat sendiri untuk saya dengan bahan pilihan. Even ini memberikan pengalaman baru yang sangat berkesan,” pungkas Riza seraya menunggu giliran tampil. (gda/dur)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO