Seblang Bakungan, Tarian Mistis yang Terjaga selama 377 Tahun

Seblang Bakungan, Tarian Mistis yang Terjaga selama 377 Tahun Penari terpilih setelah melalui seleksi berdasarkan keturunan.

BANYUWANGI, BANGSAONLINE.com – Warga Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi menggelar ritual adat desa yakni tari Seblang Bakungan, Minggu (18/9) di depan pendopo balai dusun. Tari ini dikenal juga sebagai tari tolak balak yang bertujuan meminta keselamatan seluruh warga desa dan limpahan rizki dari yang maha kuasa. Tari ini sendiri konon sudah berusia 377 tahun.

Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko mengatakan, tradisi ini harus di pertahankan karena budaya sebagai penunjang keutuhan dan kemajuan suatu daerah. Kebudayaan seperti Seblang ini bisa mendorong wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Banyuwangi.

“Saya berharap seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan mendapatkan stage untuk bisa ditampilkan di kesenian dan budaya nusantara agar nantinya bisa dikenal sampai mancanegara,”tutur Wabup.

Ritual adat Seblang yang penyelenggaraannya secara swadaya tanpa bantuan APBD itu sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun 1.639 lalu atau sudah berusia 377 tahun. Seblang sendiri diartikan diam langgeng, Jadi penari Seblang tidak bisa diajak bicara. Penari Seblang haruslah ada garis keturunan leluhurnya.

Ritual Seblang Bakungan dimulai dengan nyekar di makam penari-penari Seblang sebelumnya. Mulai pukul 17.00 WIB, Lampu/penerangan satu Kelurahan dimatikan semua dan dihidupkan usai Isya. Dilanjutkan dengan ider bumi, berkeliling membawa oncor dan di setiap sudut-sudut Kelurahan Bakungan. Azan dikumandangkan supaya lokasi Kelurahan Bakungan aman dan dijauhkan dari marabahaya dan penyakit. Begitu usai Isyal lampu penerangan dihidupkan kembali. Warga masyarakat langsung makan bersama di teras rumah masing-masing. Usai makan bersama sama ribuan masyarakat pun menyemut memadati sepanjang jalan bakungan.

Tidak hanya warga lokal saja yang datang dalam kerumunan itu juga ada wisatawan asing dari Inggris juga hadir untuk memeriahkan ritual adat Seblang Bakungan.

Jumanto, Ketua adat Bakungan menjelaskan, asal usul Seblang Bakungan awalnya daru babat alas (hutan) yang di sekililingnya terdapat banyak bunga baku dan di tengah tengahnya ada pohon Nogosari. Masyarakat yang punya hasrat dan niat menebang pohon itu selalu meninggal. Setelah itu ada orang sakti bernama Mbah Joyo yang mengatakan di dalam pohon tersebut ada penunggunya (penghuninya) berupa makhluk halus berjumlah 9.

“Lalu terjadilah kesepakatan antara Mbah Joyo dengan penghuni pohon Nogosari itu. Akhirnya para lelembut itu mau di pindahkan ke lokasi di wilayah Gunung Ijen, Gunung Bakungan, Gunung Raung, Gunung Sembulung, Gunung Baluran, Sumber Galing (Grogol), Sumber Penawar dan Sumber Sumbo Ilang (Olehsari),” tutur ketua adat Jumanto. Penunggu pohon juga meminta syarat jika melakukan bersih desa harus ada Seblang. (bwi1/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO