Syaikh Usamah dalam Konferensi JATMAN: Mengapa Tak Mau ke Masjid, Karena Takut Kaki Diinjak

Syaikh Usamah dalam Konferensi JATMAN: Mengapa Tak Mau ke Masjid, Karena Takut Kaki Diinjak Tampak ulama dan mufti dari 40 negara hadir dalam Konferensi Internasional yang digelar Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) di Pekalongan, Jateng 27-28 Juli 2016. foto: dok. BANGSAONLINE

PEKALONGAN, BANGSAONLINE.com - Syaikh Usamah Abdurrazaq Ar-Rifai, mufti berpengaruh di Lebanon, mengaku sudah tidak tahan dengan perpecahan yang terjadi di negaranya.

”Banyak buku yg diterbitkan mengurusi khilafiah sehingga memecah belah umat,” katanya dalam Konferensi Internasional yang digelar Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) bekerjasama dengan Kemenhan RI dan  International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Pekalongan, Jateng 27-28 Juli 2016. Konferensi Internasional yang dihadiri para ulama, mufti dan intelektual muslim dari 40 negara ini bertema Bela Negara, Konsep dan Urgensinya dalam Islam.

”Saya pernah bertanya, mengapa kamu tidak ke masjid. Dia jawab: Saya takut kalau saya ke masjid, saya disalahkan dan dibuat kaku ibadah saya". Ada yang jawab: Saya takut diinjak kaki saya," kata syaikh yang dikenal ahli agama itu.

Penegasan itu disampaikan merespon kelompok Islam formalis yang memahami hadits berbunyi: “Rapatkan kaki kalian.." secara harfiah. Menurut dia, makna hadits sebenarnya adalah rapatkan hati kalian.

”Karena di Lebanon rapat kaki tapi masih mengganggu saudaranya. Kaki rapat sekalipun setan bisa menggoda dari sisi yang lain. Jadi maksud rapat kaki adalah rapatkan hati kalian,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa tidak setiap orang bisa membuat fatwa. ”Hati-hatilah dengan dai yang baru. Menjadi dai harus menguasai keilmuan yang memadai. Kalau ada dai bicara sembarangan, tanyalah siapa gurunya,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar menghargai tasawuf. ”Janganlah menganggap sesat ahli tasauf. Karena menganggap sesat mereka berarti menganggap sesat ahli ibadah,” katanya.

Menurut dia, bermazhab itu sangat penting. ”Kita tidak bisa mengatakan: saya tidak perlu madzhab. Saya berpegang pada Rasulullah saja. Tidak bisa berkata seperti itu karena kita bisa mengetahui Rasulullah justeru dari para ulama,” katanya.

Ia minta umat Islam belajar dari pengalaman. ”Banyaknya pemahaman salah yang memecah belah, hendaknya kita tidak diam. Kalau sudah pecah belah habislah bangsa,” ujarnya.

Ia menegskan bahwa perbedaan adalah keniscayaan; dan harus ditoleransi. ”Tapi bukan perbedaan yg memecah belah. Perbedaan yang membawa kehancuran,” ingatnya. ”Hindarilah memberi stigma pada yang lain agar bangsa tetap damai. Kalau sudah pecah belah, habislah bangsa,” katanya sembari mengajak mari mendekat pada Rasulullah. ”Para sahabat berkata: ketika kami melihat Rasulullah, kami menjadi mudah saling memaafkan." (ma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'H Muhammad Faiz Abdul Rozzaq, Penulis Kaligrafi Kiswah Ka'bah Asal Pasuruan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO