Negara Kacau, Mahfud MD Siap Ayunkan Pedang Keadilan

Negara Kacau,  Mahfud MD Siap Ayunkan Pedang Keadilan Mahfud MD. foto:repro liputanislam.com

TOKOH asli Madura ini sangat fenomenal. Lahir dari keluarga NU fanatik ia tumbuh sebagai tokoh nasional yang digadang-gadang banyak pihak untuk jadi presiden. Yang menarik,ia mengaku sensitivitas politiknya terasah karena ayahnya dipenjara akibat membela partai NUpada Pemilu 1971. “Masak ayah sayamembela yang benar kok malah ditangkap,” katanya. Menurut dia,  Indonesia kacau balau karena hukum dipermainkan. Karena itu ia akan mengayunkan pedang keadilan jika kelak terpilih sebagai presiden RI. “Korupsi meralajalela karena hukum tak ditegakkan. Semua sumbernya penegakan hukum,” katanya. Berikut wawancara M Mas’ud Adnan, wartawan bangsaonline.com dengan Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dan mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK) itu


Dalam berbagai forum Anda selalu menunjukkan sikapbangga sebagai kader Gus Dur. Kenapa?

Gus Dur itu bagi saya adalah seorang ayah karena telah banyak membimbing saya.Tapi juga sebagai guru karena mengajari banyak hal.Guru dalam arti layak digugu dan ditiru karena mengajarkan akhlak dan kebijakan, bukan hanya ilmu. Kalau ilmu bisa didapat dari tempat lain. Tapi kalau ilmu yang mengandung hikmah itu saya peroleh dari Gus Dur. Itulah sebabnyaGus Dur adalah orang yang telah memberi banyak kepada saya untuk menjadi pribadi atau tokoh seperti sekarang ini.


Berarti Gus Dur sangat memperngaruhi kehidupan Anda?

Begini ya. Orang yang pandai seperti doktor dan profesor itu banyak.Tetapi tidak banyak yang beruntung seperti saya. Keberuntungan saya itu diberikan oleh Allah melalui Gus Dur karena ikatan emosional ke-NU-an.Saya ini keluarga NU dari Madura lalu bertemu dengan Gus Dur yang berdarah biru NU. Itulah kemudian bersenyawa, bertemu dalam pikiran, bertemu dalam hati. Saya juga bersyukur bahwa diantara banyak teman Gus Dur saya termasuk sedikit orang yang berteman dengan beliau sampai akhir hayatnya, tanpa pernah konflikatau semacam bersitegang. Makanya Gus Dur saya anggap ayah, meskipun saya punya ayah kandung sendiri.Itulah kenapa saya selalumenganggap sebagai orang tua saya sekaligus guru saya 


diberi contoh soal hikmah yang diberikan Gus Dur?

Banyak sekali. Gus Dur itu kalau memberi nasehat tidak langsung bilang kamu harus begini, kamu harus begitu. Tapi memulai dari cerita-cerita yang tidak menyakitkan orang lain. Kadang Gus Dur menceritakan dirinya sendiri yang – maaf – lemah karena tak bisa melihat.Misalnya bercerita tentang orang buta.Gus Dur menertawai dirinya sendiri.Lalu memberi nasehat. Suatu saat, kata Gus Dur, ada seorang suami-istri Yahudi bertengkar. Kata si suami kamu harus minta maaf karena pergi dari rumah tidak pamit saya. Isterinya menjawab, saya tidak salah karena kamu pun tidak memberi tahu pergi kemana. Akhirnya mereka pergi mengadu ke seorang rabi (ahli agama Yahudi).Mereka minta diputus siapa yang salah. Si suami cerita kepada Rabi soal isteri. Kata Rabi, kamu benar.Setelah itu giliran si isteri mengadu kepada Rabi. Si Rabi mengatakan kamu benar.Akhirnya suami-isteri ini protes.Mereka bilang Anda sebagai Rabi gak tegas. Masak semua benar.Ini artinya apa. Menurut Gus Dur, seorang pemimpin, seorang negarawan dalam memutuskan sesuatu jangan terpengaruh oleh orang, kalau sudah merasa yakin benar. Juga jangan plin-plan seperti kisah Rabi tadi.


Jadi back round keluarga Anda NU?

Ya, ayah saya orang NU thothok. Dia itu pengurus NU ranting Waru Pamekasan antara tahun 1965 sampai 1972.Dia dulu pernah ditahan koramil karena berkampanye partai NU,Pemilu 1971. Padahal dia PNS yang diharuskan memilih Golkar. Tapi karena fanatik NU ia berkampanye untuk partai NU. Menurut dia, kita harus memilih partai sesuai nurani, kalau kita NU harus memilih partai NU.

Itulahyang menyebabkan sensitivitas politik saya.Darah saya itu mendidih. Kenapa orang membela yangbenar kok ditangkap.Itulah yang menyebabkan hubungan emosional saya dengan Gus Dur sangat kental sampai akhir hayat.


Menurut Anda di tengah situasi Indonesia yang karut marut seperti ini sebaiknya NU gimana?

Panggilan NU dalam kerangka nasional tetap.Yaitu mempertahankan Negara KesatuanRepublik Indonesia yang berdaulat dan pluralistik, menerima perbedaan.Dulu untuk mempertahankan Indonesia harus berperang. Seperti dalam film Sang Kiai (film yang mengisahkan perjuangan pendiri NU, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dalam merebut kemerdekaan RI) harus mengeluarkan fatwa jihad, resolusi jihad, mengerahkan santri-santrinya untuk berperang. Karena untuk mempertahankan Indonesia itu harus berperang fisik.Tapi sekarang musuh kita bukan orang asing seperti Belanda, Inggris, Gurka, Jepang dan sebagainya.

Sekarang musuh kita ketidakadilan dan melemahnya kebersamaan dalam konsep pluralisme, dalam perbedaan. Sekarang tidak ada lagi santri bernama Harun yang harus mengebom Jenderal Malaby.Yang harus dilawan sekarang ketidakadilan dan diskriminasi.Nah, visi orang NU ke depan adalah berperang melawan ketidakadilan di tubuh bangsa sendiri. Dan memerangi diskriminasi dan perpecahan atau intolerasidi tubuh bangsa sendiri.


Jadi kalau dulu perang fisik, sekarang perang melawan mengendurnya nasionalisme itu ya?

Betul. Jadi kalau dulu berperang untuk membangun nasionalesme fisik, sekarang berperang untuk membangun nasionalisme batin.Jadi kalau dulu basis nasionalisme kita berperangmelawan orang asing dengan membawa bambu runcing, sekarang melawan ketidakadilan. Kalau ketidakadilan itu masih ada berarti kita belum merdeka.


Apa kondisi ini yang menginspirasi Anda sebagai capres?

Ya, itu penting saya jawab. Pertama,pada dasarnya sejak awal saya katakan bahwa saya ini tidak punya potongan, tidak punya modal, tidak punya model, tidak punya jahitan, untuk jadi seorang presiden. Karena bagi saya presiden ituorang hebat. Orang yang gagah-gagah.Tapi kemudian dorongan-dorongan kepada saya muncul. Suatu hari saya didatangi KH Hasyim Muzadi dan Gus Salahuddin Wahid. Mereka bilang, Pak Mahfud anda saya minta untuk tidak menyatakan tidak mau jadi calon presiden.Sekarang dukungan dari bawah banyak sekali dan Anda harus menyatakan siap.Kata Kiai Hasyim, ibarat surat, Anda ini amplopnya sudah ada isinya, sudah dilem, sekarang tinggal mencari prangko agar suratitu sampai.

Dari situ dukungan terus mengalir.Dari kalangan ilmuwan,pengamat, dan intelektual. Pak Ryas Rasyid, Profesor Sri Sumantri, datang ke rumah saya dan bilang Anda harus siap jadi presiden. Saya jawab ok. Saya bersedia jadi calon presiden, tapi saya tidak akan mencalonkan diri.Karena di Indonesia memang tidak ada proses untuk mencalonkan diri itu. Semuanya harus lewat partai.


Apa tujuan Anda jadi presiden?

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO