Geliat PL Rumah Karaoke di Ngawi, Sehari Bisa Raup Rp 1,5 Juta Bila Nyambi Plus-plus

Geliat PL Rumah Karaoke di Ngawi, Sehari Bisa Raup Rp 1,5 Juta Bila Nyambi Plus-plus Salah satu PL saat sedang memandu nyanyi. foto: zainal abidin/BANGSAONLINE

NGAWI, BANGSAONLINE.com - Meski ngakunya taat peraturan, yakni tempat karaoke di Kota tidak menyediakan miras dan cewek Pemandu Lagu (PL), toh faktanya, PL dari kota sekitarnya menyerbu ke .

Sebagian memang ada yang jebolan penyanyi dangdut, sales promotion girl (SPG), pengangguran, pelajar dan mahasiswa. Mereka berasal dari Kota Madiun, Pacitan, Magetan, Ponorogo. Bahkan ada beberapa yang mengaku asli .

Kartika (23), salah satu PL, mengaku berasal dari Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Dia menjadi PL lantaran ditinggal suami. “Kita kan harus ngurusi anak apalagi sudah menginjak bangku SD. Kalau tidak bekerja seperti ini harus kerja apa,” terang Kartika pada BANGSAONLINE.com, Minggu (18/10).

Penyanyi panggung ini, punya modal suara lumayan bila diajak mendampingi pengunjung di kamar karaoke. “Kalau pengunjungnya terlihat borjuis ya bisa Rp 300 ribu per jam, kalau mereka yang biasa-biasa saja pasti kita turunkan harganya paling Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per jamnya,” kata dia.

Meski sudah 3 tahun berprofesi sebagai PL, dirinya mengaku tidak pernah berbuat layaknya PSK saat ditawari pengunjung untuk memuaskan syahwatnya. “Kalau masalah sering diajak mesum oleh mereka (pengunjung-red) memang seringlah tapi kan kita di sini bukan untuk profesi plus-plus, kita tetap menjaga kehormatan kok sebagai perempuan,” kata Kartika.

Berbeda dengan Melati (20), PL yang berasal dari Kota Madiun. Dengan mengandalkan bodinya yang sangat bohay, dia mengaku bisa meraih Rp 1,5 juta semalam. “Awalnya, kita malu-malu sih saat pertama kali diajak mesum oleh tamu karaoke. Namun karena kita terdesak kebutuhan hidup ya mengiyakan setiap ajakan asal dengan tarif pantas,” beber Melati.

Terangnya, saat mendampingi menyanyi pengunjung di dalam kamar karaoke dirinya sengaja memamerkan kemolekan tubuhnya dengan berpakaian serba minim. Setelah dirasa pengunjung terpancing syahwatnya, Melati lantas berusaha merayu dengan segala cara mulai memamerkan sedikit bagian tubuh yang dirasa sensitif.

“Awal transaksinya dari dalam ruang kamar karaoke, setelah itu kita kencan ke sebuah hotel di dalam Kota ,” singkat Melati.

Memang tidak ada bedanya antara perempuan yang benar-benar PL dengan yang nyambi plus-plus. Terlebih di saat Satpol PP Kabupaten setiap kali melakukan razia di tempat karaoke yang menyebar di berbagai titik di dalam Kota , tidak menemukan adanya penyimpangan dari manajemen karaoke sendiri. Baik miras maupun PL yang disediakan oleh pengelola karaoke. (nal/rev) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO