Karapan Sapi, Ajang Paling Bergengsi di Madura

Karapan Sapi, Ajang Paling Bergengsi di Madura Salah seorang tukang tongko sedang memacu sapinya dalam sebuah perlombaan karapan sapi.

SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Karapan Sapi merupakan salah satu kean yang sangat disukai di empat kabupaten di . Karapan sapi bermula dari kenyataan bahwa tanah tidak bagitu subur sehingga kurang baik untuk pertanian. Sebagai gantinya, orang madura menangkap ikan dan berternak sapi yang sekaligus digunakan untuk bertani, khususnya untuk membajak sawah atau ladang.

Sejarah asal mula Karapan Sapi tidak ada yang tahu persis, namun berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun diketahui bahwa Karapan Sapi pertama kali dipopulerkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, pada abad 13.

“Berangkat dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja, mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur. Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga masyarakat desa mengikuti jejak pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panen pun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur," kata sejarawan dan Budayawan di , Tajul Arifin.

Setelah masa panen tiba, lanjut Tajul, sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah, Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan Karapan Sapi.

Karapan Sapi kini menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya khususnya ketika menjelang musim panen habis. Pelaksanaan karapan sapi diadakan setiap tahun dan dimulai bulan Agustus-Oktober, dengan tanggal atas kesepakatan bersama.

Tidak semua sapi diperbolehkan untuk mengikuti karapan sapi. Sapi harus mempunyai jenis dan warna asli. Harus sehat dan kuat, tingginya mencapai 120 cm dan gigi-giginya harus sudah dicabut.

Pelaksanana karapan Sapi ini dibagi dalam empat babak. Pertama, seluruh pasangan sapi diadu kecepatannya dalam dua pasangan untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak ini semua sapi, baik yang menang maupun yang kalah dapat bertanding lagi.

Babak kedua atau babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok menang akan dipertandingkan kembali, demikian halnya dengan pasangan sapi pada kelompok kalah dan pada babak ini semua pasangan sapi dari kelompok menang dan kalah tidak boleh bertanding kembali.

Babak ketiga atau semi final, adalah menentukan tiga pasang sapi pemenang dari kelompok menang dan tiga pasang sapi pemenang dari kelompok yang kalah. Babak keempat atau babak final, diadakan untuk menentukan juara I, II dan III dari kelompok kalah.

Dalam kejuaraan karapan sapi ini terdapat beberapa tahapan kejuaraan, mulai dari tingkat pembantu bupati, kabupaten dan terakhir tingkat karesidenan atau final besar untuk memperebutkan pila presiden.

Final besar biasanya diadakan di kota Pamekasan sebagai koordinator kerja wilayah VII dengan peserta dari 4 kabupaten di yaitu Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Masing-masing kabupaten mengirimkan 6 pasang sapi pemenang.

Sejak tahun 1998 Final Besar Karapan Sapi pelaksanaannya tidak hanya dipusatkan di Kabupaten Pamekasan, tetapi berpindah-pindah di empat kabupaten di . Biasanya malam menjelang pelaksanaan Karapan Sapi dikenal dengan istilah Gubengan yaitu tumpah ruahnya para penggemar karapan sapi dengan mengadakan pasar malam dan membunyikan berbagai tetabuhan khas madura.

Lihat juga video 'Perahu Pengangkut BBM Terbakar di Pelabuhan Gayam Sapudi Sumenep':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO