Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 41-43. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

41. Walaqadi istuhzi-a birusulin min qablika fahaaqa bialladziina sakhiruu minhum maa kaanuu bihi yastahzi-uuna

Sungguh, rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) telah diperolok-olokkan, lalu (karena itu) turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan.

42. Qul man yaklaukum biallayli waalnnahaari mina alrrahmaani bal hum ‘an dzikri rabbihim mu’ridhuuna

Katakanlah, “Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah Yang Maha Pengasih?” Bahkan, mereka berpaling dari mengingat Tuhan mereka.

43. Am lahum aalihatun tamna’uhum min duuninaa laa yastathii’uuna nashra anfusihim walaa hum minnaa yusyabuuna

Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat memelihara mereka (dari azab Kami)? (Tuhan-tuhan mereka itu) tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) dilindungi dari (azab) Kami.

REDAKSI

Yang mendapat hidayah karena memang dia memburu hidayah itu sangat banyak contohnya, seperti perjalanan Salman al-Farisi yang sangat panjang, berat, dan melelahkan, dari negerinya, Persia menuju Madinah, menjumpai Rasulullah SAW. Akhirnya menjadi sahabat mulia, dicintai Rasulullah SAW, dipuji dan disanjung.

Seorang politikus asal Belanda sekaligus petinggi partai anti-Islam dan sangat memusuhi Islam. Bahkan menjadikan permusuhannya itu sebagai bahan kampanye.

Kebenciannya terhadap Islam, terhadap masjid, terhadap suara adzan, itulah yang dijual di hadapan publik demi mendulang suara. Dan... berhasil.

Pada saat sudah menjabat, dia mulai bergumul dengan banyak orang, beberapa tokoh dengan bermacam kepribadian. Ternyata nuraninya tidak bisa mengelak, bahwa temannya yang sesama senat atau yang lain lebih disiplin dalam bertugas dan itu menusuk nuraninya.

Ya, kayaknya karena si teman sudah terlatih disiplin shalat. Tidak ada agama yang memerintahkan pemeluknya disiplin berkonsultasi, bertatap muka dengan Tuhannya, minimal lima kali dalam sehari semalam, kecuali Islam. Hanya orang Islam sajalah yang paling disiplin dan rutin memasuki rumah ibadahnya, masjid.

Lalu dia tertarik dan semakin mendekati, bersahabat dengan temannya yang muslim itu. Di samping berpikir: "Ada apa dengan masjid, kok sebegitu nyamannya, mampu membuat muslim betah berlama-lama di dalamnya".

Mungkin “I’tikaf” yang dimaksud. Karena di agama lain tidak ada syari’ah i’tikaf. Lalu ingin mengetahui, lalu berusaha, lalu memahami, dan menerima.

Akhirnya, dia memeluk islam dan... semua gajinya dipersembahkan untuk membangun masjid. Masjid, yang dulu paling dibenci, sekarang paling digandrungi. Itulah politikus Belanda yang bernama .      

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO