Apes, Mau Mudik ke Bojonegoro, Tiga PRT ini Malah Kena Gendam

Apes, Mau Mudik ke Bojonegoro, Tiga PRT ini Malah Kena Gendam APES. Tiga pembantu asal Bojonegoro tampak sedih setelah kena gendam di Surabaya. Foto: eky nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Tiga pembantu rumah tangga asal Bojonegoro saat mudik dari Surabaya menuju kampung halamannya mengalami nasib sial. Sebab, tiga ibu-ibu ini kena gendam oleh gerombolan orang.

"Sejak di terminal jembatan merah Surabaya saya diikuti oleh beberapa orang yang mencurigakan," ujar salah satu korban bernama Siti (20) asal Desa Ngembat Kecamatan Ngasem, saat di Terminal Rejekwesi Bojonegoro, Selasa (14/7).

Sedangkan kedua korban lainnya adalah Minarsih (44) asal Desa Purwosari Kecamatan Purwosari, dan Asmira (60) asal Desa Kandangan Kecamatan Trucuk. Mereka bertiga adalah pembantu rumah tangga di kawasan Kenjeran Surabaya.

Siti menjelaskan pukul 06.00 WIB, ada seorang laki-laki yang mengajak mereka naik angkutan kota (angkot) menuju terminal Oso WIlangun. "Ngakunya orang Bojonegoro, makanya kami percaya. Soalnya mau mengantarkan kami sampai rumah juga," ujarnya.

Siti melanjutkan, saat di angkot, pria itu seolah-olah bicara melalui sambungan ponselnya. Pembicaraan yang didengar mereka bertiga adalah tentang posisinya. Sesekali pria itu berkata kepada ketiga perempuan itu, bahwa, orang yang dihubungi lewat ponsel adalah saudaranya.

Sesampai di terminal Oso Wilangun, mereka diarahkan untuk naik mobil Avanza warna putih. Sedangkan di dalam mobil tersebut ada seorang pria lain berpakaian ala Pak Kaji. Dia mengenakan busana muslim dan peci warna putih. Namun, ada dua teman Pak Kaji lainnya yang di luar mobil.

"Pak Kaji menawarkan seperti berlian kepada adik saya (Minarsih), dia sambil minta uang. Awalnya barang itu (seperti berlian) ditaruh di tempat bagus, tapi setelah adik saya memberikan uangnya, berlian itu diberikan dengan cara dibungkus dengan tisu saja," kata Siti.

Tanpa disadari, bukan hanya Minarsih yang memberikan uang kepada Pak Kaji, tetapi Siti dan Asmira juga memberikan uang kepada orang tak dikenal itu. Masing-masing uang yang diberikan sebesar Rp 5,7 juta miliki Minarsih, Rp 3,2 juta milik Siti, dan Rp 600.000,00 milik Asmira. Pakaian baru milik ketiga wanita tersebut juga dibawa lari oleh komplotan penggendam tersebut.

Setelah memberikan uang kepada Pak Kaji, ketiganya akhirnya diturunkan di perbatasan antara Gresik-Surabaya dengan alasan Pak Kaji mau beli tiket. Ketiga perampuan yang terlihat lugu itu hanya diberi uang Rp 50.000 untuk naik bus ke Bojonegoro. "Saya ingat waktu bus sudah hampir sampai terminal. Tadinya tidak ingat apa-apa, termasuk ketika memberikan uang," ujar Minarsih sembari meneteskan air mata.

Sesampai di terminal Bojonegoro, ketiga perempuan itu melapor ke polisi yang sedang jaga di pos pengamanan. Karena sudah tidak memiliki uang lagi, mereka menunggu sanak saudaranya menjemput di terminal.

Sementara itu, Kepala Pos Pengamanan Terminal Rajekwesi, Iptu Supadji yang menerima laporan korban gendam tersebut mengatakan jika pihaknya akan menindaklanjuti dengan cara koordinasi dengan Polrestabes Surabaya. "Pihak Polres Bojonegoro sedang mengontak Polres Surabaya, karena tkp-nya (tempat kejadian perkara) di sana,” ujarnya.

Dia mengimbau kepada para pemudik supaya berhati-hati, jangan sampai sebelum turun barang bawaan tertinggal atau tertukar milik orang lain. "Juga jangan percaya sama orang yang belum dikenal," ujarnya. (nur/rvl)