GRESIK, BANGSAONLINE.com - Banyak kalangan, baik dari politisi, tokoh mayarakat maupun elemen masyarakat lain yang memrediksi, kalau Pilkada (pemilihan kepala daerah) Gresik batal dilakukan pada 9 Desember 2015, kemudian diundur dan dibarengkan pada Pilkada tahap 2 tahun 2017, maka pasangan petahana, SQ (Sambari Halim Radianto-Moh Qosim) akan sulit menang.
Sebab, pasangan SQ yang sekarang digadang-gadang terkuat bisa memenangi Pilkada 9 Desember 2015 ini tidak akan memiliki kekuatan media lagi untuk mengendalikan massa lewat pemerintahan apabila Pilkada Gresik memang diundur 2017. Karena diakui atau tidak, calon petahana rata-rata bisa memenangi Pilkada, karena mereka lebih dulu bisa mengendalikan massa (masyarakat) lewat kepemimpinannya.
"Kecil sekali peluangnya SQ bisa memenangi Pilkada jika benar diundur dan dibarengkan  Pilkada serentak  tahun 2017, mendatang," kata mantan politisi senior PDIP Gresik, Thohirin, Minggu (28/6).
Menurut Thohirin, kalau Pilkada Gresik benar diundur  menjadi 2017, maka pasangan  petahana  itu akan sulit memenangi  Pilkada. Sebab,  jeda 2 tahun untuk penantian  Pilkada, SQ tidak akan bisa memanfaatkan memanfaatkan  APBD (Anggaran Pendapatan  dan Belanja Daerah) untuk menggalang kekuatan  massa. "Selama 2 tahun itu SQ tidak akan bisa berkoar-koar lagi kalau bantuan  ini, pembangunan  ini, merupakan  hasil jerih payahnya untuk  menarik  simpati  massa," tuturnya.
Dan, sangat sulit  bagi SQ tanpa bermodal pemerintahan,  mereka bisa terus lakukan komunikasi dengan masyarakat, terutama  pejabat-pejabat pemerintah Kabupaten Gresik  yang dulu menjadi  bawahannya. "Omong kosong mas sekarang kalau ada pejabat tetap loyal terhadap mantan pimpinannya. Terlebih, kalau mantan pimpinan itu sudah lama tidak menjabat," tukas Thohirin.
Nah, dari jeda waktu 2 tahun menanti Pilkada tahun 2017 itu, maka pucuk pemerintahan  Kabupaten  Gresik akan dipegang  oleh seorang Pjs (penjabat sementara bupati) yang ditunjuk  oleh Gubernur Jatim. Di sinilah loyalitas pejabat kepada mantan pimpinan mereka (SQ)  kembali  diuji.
"Prosoku  mas (perasaanku mas,red), pejabat jelas lebih  loyal ke Pjs Bupati. Wong dia pimpinannya. Dan bisa jadi Pjs  itu akan manfaatkan  jabatan  2 tahun itu untuk galang kekuatan  untuk maju sendiri pada  Pilkada 2017," pungkas politisi PDIP yang sekarang  menyeberang ke Partai Gerindra ini.
Sementara  Sekretaris  DPD II Golkar Kabupaten Gresik, Ahmad Nurhamim mengakui khawatir, kalau ada partai yang bisa memberangkatkan cabup-cawabup namun mereka kong-kalikong sepakat  tidak akan  majukan calon untuk menandingi  pasangan petahana, SQ pada Pilkada 9 Desember 2015.
Konsekuensinya, Pilkada  akan diundur kalau pesertanya  cuma satu. Sebab, berdasarkan aturan UU (Undang-Undang) nomor 1 Tahun 2015, tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, bahwa  pilkada  tidak boleh hanya diikuti oleh satu pasangan calon. "Wah kalau partai-partai pakai strategi  begitu, bisa gawat," kata Nurhamim serius.
Namun, Nurhamim optimis partai-partai lain di Gresik di  luar KMP (Koalisi Merah Putih) bakal memunculkan calon  pada detik-detik pendaftaran  di KPUD  Gresik  bulan Juli 2015 mendatang. Kalau  benar ada calon yang maju diluar  SQ, maka bisa dipastikan Pilkada  digelar  tahun 2015. "Masak KIH (Koalisi  Indonesia Hebat) tidak ada yang  memunculkan calon," pungkas Nurhamim.(hud/rvl)
 
                             
                                         
             
            
 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														










 
												