Tiga Tahun Pisah Ranjang, Tapi Belum Pernah Mengucapkan Talak, Begini Nasib Pernikahannya

Tiga Tahun Pisah Ranjang, Tapi Belum Pernah Mengucapkan Talak, Begini Nasib Pernikahannya Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said

Khulu’ itu sendiri memiliki arti melepaskan atau menanggalkan ikatan pernikahan, yang mempunyai dampak; pertama, kewajiban istri untuk mengembalikan semua mahar yang telah diberikan oleh suami; kedua, tidak diperkenankan kembali menikah walaupun sang istri sudah menikah lagi.

Khulu’ atau gugatan cerai dari istri itu dijelaskan di dalam Al-Quran:

وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim’. (Qs. Al-Baqarah: 229)

Ayat ini menjelaskan bahwa dalam , suami tidak diperbolehkan untuk mengambil kembali maharnya yang telah diberikan kepada istrinya, jika itu dikehendaki oleh Sang Suami. Namun, mahar itu boleh dikembalikan kepada suami jika Sang Istri sendiri yang menceraikan, bukan diceraikan, dalam istilah lain gugatan cerai.

Peristiwa ini juga pernah terjadi pada masa Rasul. Sebuah hadis yang dilaporkan oleh Ibnu Abbas ra mengatakan:

"Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mencela suamiku (Tsabit) dalam hal akhlaknya maupun agamanya, akan tetapi aku benci kekufuran (karena tidak mampu menunaikan kewajibanku sebagai istri) dalam Islam". Maka Rasulullah SAW berkata padanya: "Apakah kamu mengembalikan kebun (mahar) suamimu? Wanita itu menjawab: "Ya". Maka Rasulullah SAW berkata kepada Tsabit: "Terimalah kebun tersebut dan ceraikanlah ia 1 kali talak". (Hr. Bukhari).

Nah, jika Sang Suami menolak, hakim dapat memutuskan khulu’ itu demi kebaikan mereka berdua, apalagi sudah jelas kedhaliman suami kepada istri (semisalnya). Hal ini mirip dengan putusan rasul kepada istri Tsabit di atas.

Namun, jika suami meminta lebih dari mahar sebagai syarat gugatan cerai, hal ini bisa ditolak melalui hakim di Pengadilan Agama. Namun, jika syarat itu sudah disetujui oleh Sang Penggugat (Istri) dan disahkan oleh hakim, maka suami boleh tidak membiayai putranya atas dasar perjanjian dan persyaratan tadi di atas.

Sebab suami tidak menghendaki itu, istri-lah yang memaksa untuk menggugat dan menyetujui persyaratan itu. Hal ini sangat berbeda dengan dari pihak suami, maka ia wajib memberikan nafkah kepada mantan istri dan anaknya, apapun kondisinya itu. Walllahu a’lam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Gara-Gara Digugat Cerai, Suami Tikam Istri di Dalam Ruang ATM':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO