Usai Check In Disuruh Check Out, Yang Unik dan Indah di Lapter Harun Thohir Bawean

Usai Check In Disuruh Check Out, Yang Unik dan Indah di Lapter Harun Thohir Bawean Saya (penulis) berfoto di beranda atau halaman Lapangan Terbang Harun Thohir Bawean dengan latar belakang pegunungan, Jumat (26/5/2023). Foto: bangsaonline

BAWEAN, BANGSAONLINE – Saya dua kali ke Pulau . Pertama, naik kapal laut. Dari pelabuhan Gresik ke pelabuhan .

Saat itu kami ke untuk menghadiri resepsi pernikahan seorang teman: Thoriqul Haq yang kini jadi Bupati Lumajang. Ia nikah dengan Musfarina Nuryatin, perempuan , teman saat mondok.

Saat itu semua pengurus PKB datang. Karena Thoriq memang pengurus PKB. Cak Imin (Ketum PKB) Gus Halim (kakak Cak imin), Imam Nahrawi, Effendy Choirie (sebelum pindah ke Nasdem), juga datang. Bahkan Cak Imin membawa ibunya ke

Saat itu saya sendiri masih aktif di politk, yaitu sebagai wakil ketua DPW PKB Jawa Timur.

Dalam rombongan itu juga ada teman-teman pengurus PKB asal . Yaitu Pak Sudarsono Rahman (sebelum pindah ke Nasdem), Pak Fuad Mahsuni (almarhum), dan Pak Jamaluddin atau Ending (almarhum). 

Selain itu juga Koiruddin Abbas, Nauval Abdi dan teman-teman pengurus PKB yang lain.

Ketika itu belum ada jalur udara ke . Semua orang yang mau ke pakai jalur laut. Perjalanan Gresik- kami tempuh sekitar 3 atau 4 jam.

Menyenangkan. Karena kita bisa santai sambil menyaksikan pemandangan laut yang biru. Meski demikian ada juga teman yang takut naik kapal laut. Sehingga ia tegang. Diantaranya Gus Halim.

Lucunya, kapal yang kami tumpangi tak bisa menepi ke pantai. Karena laut di sekitar pantai itu dangkal. Akibatnya, kami harus turun dalam jarak sekitar 500 meter dari pantai. Otomatis pakaian kami basah. Celana dan baju basah semua. Karena air laut sampai ke pusar. Bahkan Ibunda Cak Imin, kalau saya tak salah ingat, sempat dibopong.

“Kita mendarat di laut,” kata saya kepada teman-teman rombongan. Mereka langsung tertawa.

Kedua, saya ke pada Kamis (25/5/2023) lalu. Kali ini bersama Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Yaitu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto. Kiai Asep juga Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).

Beliau datang ke dalam rangka pelantikan Pengurus Cabang Pergunu dan PAC Pergunu se-.

Selain itu juga sebagai pembicara dalam bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan. Buku yang saya tulis itu mengisahkan tentang sejarah dan perjuangan beliau sejak muda. Buku itu laris dibedah di berbagai provinsi dan kabupaten-kota seluruh Indonesia.

Acara pelantikan pengurus Pergunu dan bedah buku itu digelar di Pondok Pesantren Manbaul Falah.

Kiai Asep juga ditemani para tokoh Pergunu Jatim, yaitu Pak Sururi dan Pak Abdul Mujib, ketua PW Pergunu Jawa Timur.

Juga ikut Pak Ghofirin, Sekjen One Pesatren One Product (OPOP) dan Mas Rahmad Syaifuddin serta Pak Simin. Dua-duanya ajudan Kiai Asep.

Kali ini naik pesawat: .

Juga menyenangkan. Karena naik pesawat kecil. Hanya tersedia 12 seat atau tempat duduk. Termasuk pilot dan copilot.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, foto bersama rombongan dan ketua PCNU serta pengurus Pergunu. Tampak juga Kepala Lapter Harun Thohir, Tatak (nomor 2 dari kiri, baju putih, celana hitam). Foto: bangsaonline

Saat semua calon penumpang harus ditimbang badan. Agar pesawat itu tak kelebihan beban. Kata petugas, total bobot penumpang dan barang bawaannya tak boleh lebih dari 1 ton.

Sangat mengasyikkan ketika pesawat pakai baling-baling itu melayang di udara. Kita bebas melihat ke kanan kiri, bahkan depan belakang, karena banyak jendela tembus pandang. Cocok sekali untuk para wisatawan yang ingin menikmati pemandangan dari udara.

Sekitar 45 menit di udara. Kami sudah landing di Lapangan Terbang (Lapter) Harun Thohir. Begitu selesai menurunkan kami, pesawat itu langsung balik lagi ke Bandara Juanda membawa penumpang yang sudah menunggu.

Lapter Harun Thohir kecil dan mungil. Tapi sangat indah. Dekat laut sekaligus pegunungan. Lautnya masih sangat bersih. Wahed, Sekretaris Desa Paromaan Tambak Bawen bercerita bahwa trumbu karang di dasar laut terlihat dengan jelas.

“Kalau di laut Jawa dan laut lainnya kan sudah tak kelihatan, karena lautnya sudah banyak sampah,” kata Wahed kepada saya.

Kami hanya sehari semalam di . Hari Jumat (26/5/2023) kami balik ke Surabaya. Tentu kami naik pesawat yang sama. .

Pukul 8 pagi kami sudah sampai di Bandara Harun Thohir. Ternyata pesawatnya belum datang. Saya manfaatkan waktu untuk foto dan merekam keindahan lingkungan di sekitar Lapter itu.

Tak lama kemudian ada pengumuman agar penumpang pesawat segera memasuki ruangan untuk . Saya dan teman-teman masuk ruangan . Di ruang i itu juga sudah tersedia timbangan badan.

Saya berpikir, usai langsung dipersilakan masuk ke ruang tunggu. Ternyata tidak. Semua penumpang yang sudah disuruh keluar kembali.

“Silakan keluar,” kata seorang petugas di dekat timbangan badan. Kami pun kembali keluar, ke beranda Lapter atau halaman tempat kami semula.

“Jadi setelah harus ya,” kata saya kepada teman-teman. Mereka tertawa.

Penumpang baru boleh masuk ke ruang tunggu, setelah pesawat datang. Otomatis kami tak lama di ruang tunggu. Karena hanya dalam hitungan detik atau menit, penumpang pesawat dari Surabaya yang jumlahnya hanya 10 orang (plus pilot dan copilot) itu sudah keluar semua.

Saya melihat pilot dan copilot itu tak istirahat. Mereka tetap berada di pesawat. Ada yang turun ke tangga pesawat. Kalau tak salah copilotnya. Tapi dia tak beranjak. Tetap dekat pesawat.

Mereka menunggu kami yang sudah siap di ruang tunggu. Kami pun langsung naik pesawat, setelah foto bersama.

Alhamdulillah 45 menit kami sudah landing di Bandar Udara Juanda Sidoajo Surabaya. (M Mas’ud Adnan) 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO