Berdasarkan persentase prevalensi bayi stunting pada Tahun 2022, Indonesia ada di angka 21,6 persen dan Jawa timur 19,2 persen. Sementara itu, khusus Surabaya adalah kota dengan persentase prevalensinya menjadi yang paling rendah di antara kota/kabupaten di seluruh Indonesia yakni 4,8 persen.
Masih ada sekitar 920-an bayi stunting di Surabaya yang membutuhkan bantuan dari masyarakat sekitar. Reza menambahkan, mekanisme pendistribusian jenis bantuan ke bayi stunting, diserahkan sepenuhnya kepada pihak kecamatan.
Hal ini, karena setiap balita yang mengalami stunting membutuhkan penanganan yang berbeda-beda dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Ia menegaskan, memang dibutuhkan kerjasama semua pihak dan bersifat berkelanjutan untuk menekan angka stunting.
Bahkan, butuh koordinasi banyak elemen masyarakat. Mulai dari pemerintah, RT/RW, tetangga sekitar, para stakeholder dan pihak swasta seperti Bandell Lighting.
"Kalau terbentuk lingkungan yang sehat dan akses ke layanan kesehatan yang memadai, Insyallah jumlah bayi stunting di wilayah Surabaya akan berkurang drastis," pungkasnya. (sta/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News