Arab Saudi-Iran Rukun Lagi, Kini Sama Pro China, Tinggalkan Amerika?

Arab Saudi-Iran Rukun Lagi, Kini Sama Pro China, Tinggalkan Amerika? Dahlan Iskan

Tentu juga akan lebih banyak lagi proyek Tiongkok di Iran. Lewat berbagai cara. Agar bisa berkelit dari sanksi Amerika. Atau mungkin justru kian terang-terangan menyiasati sanksi itu.

Langkah kuda Tiongkok ini sangat bertepatan dengan langkah pion Amerika. Minggu ini Amerika menerima kedatangan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Ini akan memicu ketegangan baru antara Tiongkok dan Amerika. Padahal ketegangan lama belum sempat reda.

Alasannya memang masih klasik. Ing-wen hanya transit di Amerika. Yakni dalam perjalanan yang pesawatnya harus isi BBM di sana. Itu pun tidak di ibu kota Washington DC. Kalau dulu mampir California kali ini mungkin di Tennessee. Yang akan menemui Ing-wen pun bukan pejabat tinggi eksekutif, tapi ketua DPR baru Amerika. Seolah ketua dari Republik ini tidak mau kalah dengan saat ketua masih dijabat Demokrat: Nancy Pelosi. Yang bikin heboh dengan cara mendarat tengah gelap malam di Taiwan tahun lalu.

"Ternyata dialog dan diplomasi bisa menyelesaikan ketegangan antara Iran dan Saudi. Kita harus percaya pada kekuatan dialog dan diplomasi. Bukan dengan ancaman dan perang," tulis media di Beijing.

Pendapat serupa juga diucapkan Wang Yi, pejabat tinggi Tiongkok yang mengomandani kerukunan kembali Iran-Saudi.

Kata-kata itu seperti sengaja dipilih untuk menyindir Amerika yang tidak mau mendialogkan ketegangan. "Dialog yang baik", tulis media itu, "adalah dialog yang dalam posisi sejajar". Bukan yang satu menempatkan diri lebih tinggi. Itu bukan dialog. Itu menekan.

Iran-Saudi memang saling memutus hubungan akibat ketegangan 7 tahun lalu. Hari itu, di awal tahun 2016, Saudi mengeksekusi ulama besar al syiah: Nimr Baqir Al Nimr.

Kelas keulamaan Nimr sudah di level ayatullah. Ia juga jadi pujaan anak muda wilayah timur Saudi Arabia. Pengaruhnya sampai Bahrain, Qatar dan Abu Dhabi.

Ulama itu kelah Al Awamiyah, bagian timur Arab Saudi. Usianya 64 tahun. Pendidikannya di Iran dan Yaman. Ia memang gemar mengkritik Saudi Arabia. Dan penguasanya. "Harus ada Pemilu di sini," ujarnya di berbagai pidatonya.

Ayatullah Nimr juga dituduh di belakang maraknya demonstrasi anti pemerintah di wilayah timur Saudi. Gerakan Nimr ini marak bersamaan dengan munculnya gerakan serupa di berbagai negara Arab. Yakni di tahun 2010-2012.

Pada saat itu Nimr tertembak kakinya. Ia pun ditangkap.

Dua sepupunya juga tewas. Salah satu sepupu lainnya ditangkap. Masih 17 tahun. Anak ini juga dijatuhi hukuman mati - -belakangan dibebaskan.

Istri Nimr sakit keras. Dibawa ke New York. Meninggal di sana saat Nimr masih di tahanan.

Tuduhan untuk Nimr bertambah: memperjuangkan kemerdekaan wilayah timur Saudi. Ia dianggap separatis. Lalu ditambah lagi tuduhan lain: mengundang intervensi asing.

Nimr sendiri di tahun 2014 dijatuhi hukuman mati. Ia dieksekusi di tahun 2016 bersama 47 orang lainnya. Iran marah besar. Hubungan diplomatik diputus. Kedubes Arab Saudi di Tehran didemo. Dirusak.

Kepopuleran Nimr saat itu sudah seperti Nasrullah, pemimpin Hisbullah, di Lebanon. Kata-katanya adalah fatwa yang diikuti umatnya.

Setelah ketegangan 2016 itu banyak terjadi perubahan. Arab kian terbuka. Iran ganti presiden. Tiongkok bersitegang dengan Amerika. Xi Jinping jadi Mao baru.

Dan si Pipi tembem sudah kembali ke Makkah. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Prof KH Imam Ghazali: Ajaran Wahabi Sudah Tak Relevan, Raja Saudi Tertarik Islam Moderat':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO