JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Koteka, juga dikenal sebagai ‘penis gourd’ atau ‘horim’ dalam beberapa daerah di Papua, Indonesia, telah digunakan oleh suku asli di Papua selama berabad-abad sebagai pakaian tradisional untuk melindungi alat kelamin pria.
Meskipun tidak ada catatan tertulis tentang sejarah koteka, sejarah lisan dan tradisi lisan telah menjaga pengetahuan tentang asal-usul koteka dan penggunaannya.
BACA JUGA:
Menurut cerita rakyat Papua, penggunaan koteka dimulai di masa lalu ketika suku-suku asli Papua hidup di dalam hutan belantara dan belum mengenal pakaian modern.
Mereka menggunakan dedaunan atau kulit kayu sebagai pakaian, tetapi mereka merasa tidak nyaman karena tidak melindungi alat kelamin mereka dari bahaya lingkungan dan serangga.
Ketika orang-orang dari suku lain mulai berdagang dengan suku Papua dan membawa kain dan bahan pakaian, suku Papua mulai menciptakan pakaian mereka sendiri yang menawarkan perlindungan yang lebih baik dan juga mencerminkan budaya dan tradisi mereka.
Mereka mengembangkan koteka dari kayu atau buah yang diukir dan dipotong menjadi bentuk silinder untuk menutupi alat kelamin.
Pada awalnya, koteka digunakan oleh suku-suku di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Namun, dengan berkembangnya pengaruh budaya di daerah tersebut, penggunaan koteka menyebar ke seluruh wilayah Papua.
Di beberapa daerah, koteka menjadi bagian penting dari pakaian adat dan identitas suku.
Meskipun penggunaan koteka telah menurun sejak pengaruh budaya Barat di Papua, sebagian besar suku asli masih mempertahankan tradisi ini dan menganggap koteka sebagai bagian penting dari identitas mereka.
Saat ini, koteka telah menjadi salah satu ikon budaya Papua dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Papua.
Klik Berita Selanjutnya