Guru SMP Swasta Jadi Guru Besar, Kiai Asep: Jangan Kecil Hati Karena Miskin

Guru SMP Swasta Jadi Guru Besar, Kiai Asep: Jangan Kecil Hati Karena Miskin Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, M Mas'ud Adnan dan Nurul Huda dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di PP Syamsuddin Durisawo, Ponorogo, Selasa (25/10/2022). Foto: bangsaonline.com

“Jangan kecil hati dengan kemiskinan panjenengan,” kata . “Dari semua yang hadir di sini tak ada yang lebih miskin dari saya,” tambahnya.

kemudian bercerita ketika masih muda yang sangat miskin. Ia mengaku makan sisa-sisa para santri. “Kalau lapar saya ke dapur pesantren mencari kendil yang sudah tengkurap,” katanya.

Ia bercerita bahwa ayahnya, KH Abdul Chalim, wafat ketika ia kelas II SMA. Otomatis tak ada yang membiyai sekolah. “Ketika saya mau kuliah saya menjadi kuli bangunan dua bulan untuk mencari uang untuk pendaftaran,” katanya.

Tapi tak pernah putus asa. Sehingga sukses. “Saya ini guru SMP swasta tapi jadi ,” katanya.

Kepala Kemenag Ponorogo Nurul Huda juga memberikan testimoni bahwa apa yang tertulis dalam buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu adalah fakta. Ia menceritakan pengalamannya ketika diundang untuk salat malam bersama para kiai lain saat pendemi Covid.

Menurut dia, memenuhi semua kebutuhan para kiai yang hadir. “Semua kiai diberi uang dan sarung,” katanya. Selain itu, tutur Nurul Huda, juga menyiapkan makanan lengkap untuk para kiai.

Nurul Huda juga bercerita saat salat malam. Menurut dia, sangat kuat sekali sujud.

“Sujudnya Pak Yai 20 menit. Saya dan kiai yang lain sudah bangun, masih belum. Saya dan kiai-kiai kemudian sujud lagi,” kata Nurul Huda sembari tertawa. Ratusan peserta bedah buku itu pun tertawa riuh.

Nurul Huda mengungkapkan bahwa selalu mendoakan Presiden Jokowi, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Gubernru Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak dan semua bupati, wali kota dan para wakilnya.

"Jadi yang ditulis Kang Mas'ud Adnan dalam buku ini benar-benar fakta," katanya. 

Sementara M Mas’ud Adnan mengatakan bahwa tokoh besar umumnya dilahirkan dengan proses yang besar dan luar biasa. “Saya ingat pesan kiai saya saat di Pesantren Tebuireng. Namanya KH Ishaq Latif. Saat mengaji Tafsir Munir, Kiai Ishaq berpesan, jika kalain (para santri) ingin jadi orang besar dan luar biasa, maka kalian harus menempuh cara atau jalan yang juga luar biasa. Kalau temannya lagi tidur, kalian bangun salat malam dan belajar,” kata Mas’ud Adnan menirukan kiainya.

Mas’ud juga memberi contoh ibunda Gus Dur, Nyai Hajjah Sholichah. “Saat acara Muslimat NU Bu Khofifah bercerita bahwa ibunda Gus Dur, Nyai Hajjah Sholichah, saat hamil, setiap 3 hari hatam Al Quran,” kata Mas’ud Adnan.

“Bahkan ayah Gus Dur, KH A Wahid Hasyim, tiap hari berpuasa,” kata alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair itu.

Menurut Mas’ud Adnan, juga begitu. “Pak Yai Asep pernah cerita bahwa sewaktu kecil ibunya selalu mengajari tirakat. Yaitu puasa sampai tiga bulan. Karena itu wajar kalau Pak Yai kemudian jadi ulama besar, dan kaya raya sekaligus dermawan, yang kini populer secara nasional,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.

Acara bedah buku ini merupakan acara pamungkas dalam serangkaraian acara pelantikan PC Pergunu Ponorogo. Hadir dalam acara itu Bupati Ponorogo, Giri Sancoko, Ketua Tanfidizah PCNU Ponorogo KH Fatchul Aziz, Ketua PW Pegunu Jatim, H Muhammad Sururi dan kiai yang lain. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO