​Inilah Manfaat Besar Tobat pada Bulan Ramadan

​Inilah Manfaat Besar Tobat pada Bulan Ramadan Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA. Foto: bangsaonline.com

Sebagai umat Muhamad kita mendapatkan pantulan berkah “hikmah” nabi tersebut berupa kemampuan untuk menerima hikmah itu berupa ilmu yang bermanfaat dan mengetahui sebagian rahasia alam yang tentu sangat bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Pantulan hikmah ini bisa kita peroleh melalui konsistensi peran yang tulus tiap hari seperti yang dipraktikkan nabi. Allah berfirman: “Dia memberi hikmah kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Barang siapa yang dikasih hikmah, berarti ia dikasih banyak kebaikan” ( Qs. al-Baqarah: 2: 269).

Ketiga, Rasulullah mengalami pembelahan dada menjelang peristiwa isra’-mikraj, saat beliau berusia 52 tahun. Dua malaikat membedah dada beliau untuk memasang “alat detektor” yang super sensitif di hati yang sudah super bersih itu. Ini, agar nabi mampu menangkap “cahaya Allah” secara sempurna. Pada saatnya pancaran sinar Allah itu mampu ditangkap oleh detektor tersebut.

Ketika itu terjadi pertemuan dua sinar istimewa: Allah dan Muhamd. Detektor di hati nabi itu apa ? “Sarana super sensitif” itulah bernama mahabbatullah (kecintaan Allah ). Cinta aktif dari kedua belah pihak . Allah mencintai nabi, dan nabi-pun mencintai Allah. Rasa “cinta” ini terus terbina dan terjaga dengan berulang-ulangnya untaian , mohon ampun, zikir dan jenis ibadah yang lain.

Singkat kata, secara substansial manusia biasa bisa mengarungi perjalanan menuju Allah lewat “pintu gerbang” . Pada tahap awal, seseorang yang ber secara intens, akan mendapatkan anugerah kedamaian dan ketenangan hati, (sakinatul qalb). Jika ia secara istikamah menjaga, bahkan meningkatkan gerak, aksi dan untaian nya, niscaya hatinya akan mendapatkan luberan kebijakan (faidh al-hikam), yang akan membuat ia mudah untuk menangkap ilmu, baik itu ilmu lahir maupun ilmu yang langsung diperoleh dari Allah yang di kalangan kaum sufi populer dengan ilmu ladunni.

Selanjutnya, jika mampu lagi meningkatkan kuantitas dan kualitas nya melebihi tahap kedua, maka ia mendapatkan anugerah “kecintaan Allah” (mahabbatullah) yang menjadi puncak taqarrub tertinggi seorang hamba dengan sang Pencipta. Inilah esensi pemahaman firman-Nya: “Sungguh Allah mencintai manusia yang terus menerus ber, mereka selalu menyucikan dirinya”.(Qs al-Baqarah: 2: 222).

Tobat dan Cinta Rasul

Kisah menarik pernah terjadi, seperti tertulis dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim oleh Imam Ibn Katsir, bahwa suat ketika seorang Arab desa datang menziarahi makam Rasul di Masjid Nabawi. Dengan sikap tawadu’ ia berdiri di hadapan pusara Rasul itu dengan mata berlinang ia berkata: “salam sejahtera bagimu”, wahai kekasihku ! Berpegang teguh dengan firman Allah: “...andaikan ketika mereka menganiaya diri (berbuat ) datang mengunjungimu, maka mereka mohon ampun pada Allah, dan rasul berkenan memintakan ampun, niscaya mereka menemukan Allah itu Maha Penerima dan Maha Penyayang” (Qs. al-Nisa’: 4: 64), “aku datang mengunjungimu.”

Sungguh aku datang dengan penuh . Aku ber dan mohon ampun pada Allah, dengan mengandalkan belas kasih syafaatmu. Tolonglah diriku....! Wahai kekasih.... Kemudian ia mengumandangkan puisi :

Wahai manusia terbaik dan teragung yang dikubur di suatu kawasan suci.

Lantaran keberadaanmu, tanah, gunung dan masjid sekalipun ikut menjadi mulia.

Diriku rela menjadi tebusan sebagai imbalan kemuliaan dan keberadaanmu di kuburan.

Sungguh perjalanan hidupmu penuh jasa, kehormatan, kedermawanan dan semua kebaikan.

Tolonglah... aku kekasih ! Kemudian orang desa itu pergi. Untaian kata-katanya dan perilakunya di hadapan pusara Rasul itu didengar dan diamat oleh seorang alim dan saleh yang kebetulan juga berziarah ke makam Rasul...

Tak lama kemudian, orang saleh ini terlelap sekejap... ia bermimpi ketemu Rasul..,, seraya bersabda: “Semua rangkaian kata orang desa tadi itu benar”. “Berilah kabar gembira kepadanya”, bahwa “Allah telah mengampuni semua nya”.

Inilah kehebatan cinta Rasul dan kedahsyatan cinta dan kecintaan pada Allah, membuat diterima dan semua menjadi sirna. Semoga semua bisa kita alami. Dengan ber dan memohon ampun pada Allah saat bulan suci Ramadan ini, - kita diampuni, dan keinginan kita terkabulkan. Amin 3×. Wallahu a’lam

Surabaya, 2 Ramadan 1443 H/ 4 April 2022

Penulis pengasuh Rubrik Tanya Jawab Islam HARIAN BANGSA dan pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya serta guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pandemi, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto Ajak Anggotanya Peduli Sesama':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO