Semen Tertua, Sejarah Panjang Semen Padang | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Semen Tertua, Sejarah Panjang Semen Padang

Editor: MMA
Rabu, 26 Oktober 2022 10:58 WIB

Dahlan Iskan

Dari dokumen yang ia temukan, itu, dimiliki oleh 10 orang pemegang saham. Semuanya orang Amsterdam, kecuali satu orang yang tinggal di Padang. Dari sembilan orang Amsterdam itu salah satunya pengusaha besar di bidang perdagangan. Nama perusahaannya: Firma Gebroeders Veth. Perusahaan ini punya dua cabang di Timur Jauh, yakni di Padang dan Makassar.

Gebroeders Veth dimiliki tiga bersaudara, memegang 325 lembar saham.

Ada dua orang yang sahamnya sama dengan Gebroeders. Tapi ada satu orang lagi yang paling besar: 400 lembar saham. Orang Amsterdam. Namanya: Engelbertus van Essen. Ia seorang pialang saham di Belanda dan Eropa.

Dari 10 pemegang saham itu ada satu yang harus diingat: Christopher Lau. Sahamnya 150 lembar. Tapi orang inilah yang menjadi inisiator pendirian pabrik .

Lau seorang insinyur. Tinggalnya di Padang. Lau-lah yang menemukan bahan baku untuk pabrik semen di Indarung, dekat Padang itu.

Insinyur itu lantas menggalang dana di Amsterdam. Ia mencari investor yang berminat. Ia perlu modal besar untuk membangun pabrik semen.

Rupanya Belanda menaruh perhatian besar pada kekayaan alam Sumatera Tengah. Terutama sejak ditemukannya batu bara di Ombilin, Sawahlunto. Tahun 1880. Itulah tambang batu bara pertama di Indonesia.

Dari 10 orang pemegang saham itu terkumpul modal 1.350.000 gulden. Cukup. Mesin-mesin didatangkan dari Jerman dan Denmark. Berdirilah perusahaan semen itu: NV NI PCM (Nederlandsch Indische Portland Cement Mastchappij).

Ratu Belanda mengesahkan akta itu tahun 1910. Pabriknya sendiri mulai berproduksi tahun 1911, saat belum bisa beroperasi penuh. Menurut catatan sejarah, selamat di tahun. 1911 itu sudah mampu berproduksi: 25.000 vaten per bulan. Rupanya di zaman itu semen ditaruh di dalam drum. Agar tidak kena air atau embun. Yakni drum berukuran 170 kg.

Melihat sulitnya medan Indarung zaman itu, dan sulitnya angkutan internasional, maka waktu 2 tahun pembangunan pabrik semen tersebut sangat cepat.

Maka proyek-proyek seperti Monas Jakarta, Jembatan Ampera Palembang, dan Sarinah, semennya dari Padang. Masih kokoh sampai sekarang. Mungkin karena tidak ada yang menendang Monas.

Tahun 1950-an barulah dibangun pabrik semen kedua di Indonesia: Semen Gresik. Lalu Tonasa. Lalu swasta pertama: Tiga Roda, Cibinong, Bosowa. Lalu pabrik semen asing: Tiongkok. Kecil-kecil tapi banyak.

Mutu semen itu, kata para kontraktor, hampir sama. Dari pabrik yang mana pun dan merek apa pun. Perbedaan kualitas lebih ditentukan pada tukang di lapangan saat menggunakannya.

Orang Padang tentu sangat bangga dengan sejarah panjang itu. Makanya Jasmin langsung telepon saya ketika nama dianggap terjelek. Ia tahu, yang bicara bupati Kediri, Jatim. Tapi saya juga orang Jatim: harus ikut bertanggung jawab. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video