​Komunitas Salihara Arts Center Gelar Zoom In Musik Abad 20

​Komunitas Salihara Arts Center Gelar Zoom In Musik Abad 20 Dion Nataraja. foto: ist

Dari analisis mereka akan terlihat bagaimana Timur dikonseptualisasi oleh komposer dari ranah serialisme yang memiliki tendensi neokolonial, sementara komposer dari ranah spektralisme memiliki pendekatan yang membuka solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah pascakolonial.

Pada sesi kedua, komponis muda Septian Dwi Cahyo akan membahas penggunaan produk teknologi untuk mempresentasikan karya .

“Mulai dari aneka bentuk gim semisal PlayStation, alih daya (outsourcing), maupun perpaduan antara kontroler gim dengan alat-alat elektronik. Dengan kata lain kolaborasi antara instrumen dengan media lain diperbesar dan diupayakan hingga ke batas terjauh. Termasuk di dalamnya adalah “New Conceptual Music” ( konseptual baru), yang menegaskan lebih pentingnya konsep tentang daripada itu sendiri. Yang tak kalah penting pengaruh sosial-politik terhadap penciptaan dunia,” papar Septian Dwi Cahyo.

(Septian Dwi Cahyo. foto: ist)

Septian Dwi Cahyo pernah memainkan karya-karyanya di beberapa festival penting di Eropa, Meksiko, Asia Timur dan Asia Tenggara seperti 21st Young Composer Meeting, MUSLAB 2018, Shanghai New Music Week, dan Young Composers in Southeast Asia Festival 2013

“Perjalanan telah menjadi salah satu yang luar biasa dan telah menghadapi banyak pasang surut, tetapi meskipun telah memperoleh pengaruh dari seluruh dunia dan telah berkembang lebih jauh dari yang diharapkan. Orang yang berbeda mendengarkan genre yang berbeda. Mereka dapat dengan cepat mengidentifikasi dampaknya pada kehidupan mereka, dan apapun yang terjadi. Evolusi akan selalu menjadi salah satu kekuatan pendorong terpenting umat manusia,” tutup Tony Prabowo.

Untuk mengikuti seri diskusi ini atau mendapatkan informasi lebih jauh, silakan klik https://salihara.org (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO