Terapi aaPRP Dijatuhkan Prof Rahayu, Si Cantik Rambut Keriting Pilih Semedi

Terapi aaPRP Dijatuhkan Prof Rahayu, Si Cantik Rambut Keriting Pilih Semedi Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Terapi aaPRP, hasil temuan dr Karina, rambut keriting dibantah Prof Rahayuningsih. Padahal banyak rumah sakit yang minta kerja sama dengan dr Karina. Bahkan Wakil Ketua DPR Dr Ir Sufmi Dasco Ahmad terang-terangan mendukung temuan Karina. Sampai Sufmi Dasco menelepon Menkes.

Kebetulan Juni lalu Karina sudah kirim surat ke Kemenkes. Minta dukungan agar aaPRP dilihat sebagai salah satu cara menangani Covid-19. Tapi kini malah dijatuhkan oleh Prof Rahayu.

Tapi kenapa rambut keriting malah pilih semedi? Silakan simak tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini, Sabtu 14 Agustus 2021. Selamat membaca:

"Maaf, saya lagi semedi, Pak."

"Tidak mau menjawab kesimpulan diskusi itu?" tanya saya lagi.

"Saya lagi semedi."

"Sampai kapan? Sampai keritingnya lurus?"

"Pantang lurus!"

Itulah dialog saya dengan Si Cantik Rambut Keriting, Si Perintis Terapi aaPRP, Si Ahli Bedah Plastik, Si Ahli Terapi Stem Cell, Si Pemilik Nama Satu Kata: Karina.

Berarti Dr dr Karina tidak mau memberikan penjelasan terbuka soal yang lagi beredar luas di medsos: hasil diskusi pengurus pusat Perapi (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Rehabilitasi Estetika Indonesia) 6 Agustus lalu.

Dalam kesimpulan nomor 1 diskusi tersebut disertakan pendapat Prof D dr Rahayuningsih, pakar hemostasis, trombosit, dan komponennya.

Menurut Prof Rahayu, di dalam trombosit tidak ada kandungan growth factor. Kalimat utuh di kesimpulan itu –karena agak panjang tariklah napas dulu: "trombosit tidak menghasilkan growth factor dan sitokin sendiri karena tidak mempunyai inti sel, melainkan dapat dari plasma yang masuk ke dalam celah granula alfa di dalam trombosit.

Jadi bila pasien dalam keadaan badai sitokin maka sitokin banyak tersimpan dalam trombosit yang bila dipecah maka akan keluar dalam pembuluh darah. Trombosit menyerap plasma yang mengandung growth factor, platelet plaque, adhesi, agregasi, release granula alfa PF 4, dan bTG yang dapat menetralkan heparin.

Juga pencetus Inflamasi CD40L PF4 dan bTG CD40 dapat menyebabkan TRALI (transfusion related acute lung injury) PF 4 ada di granula alfa akan berikatan dengan heparin. Kompleks akan merangsang antibodi terbentuk kompleks ag-ab, terjadi heparin induced trombositopenia (komplikasi thrombosis dari vaksin AstraZeneca)

Di khawatirkan bila trombosit dipecah maka efek sitokin dan inhibisi heparin semakin besar yang dapat menimbulkan trombosis.

Walaupun dalam aaPRP sudah disaring dan tidak terdapat sel trombosit, tetapi isi dari trombosit yang akan memperberat trombosis".

Embuskanlah napas sebelum meneruskan membaca Disway berikut ini.

Berarti klaim Karina terbantahkan secara telak oleh pendapat Prof Rahayu tersebut.

Padahal dalam tesisnyi, Karina tegas-tegas mengatakan: di dalam trombosit terkandung lebih 1000 jenis protein. Yang kalau dikelompokkan terdiri dari tiga golongan besar: anti radang, anti virus, dan faktor penumbuh cell (growth factor).

Berangkat dari pemikiran itulah Karina mencoba protein yang sudah dibuang ''kulitnya" itu untuk terapi Covid-19. Dengan cara diinfuskan ke pasien –dari darah pasien sendiri.

Begitu bertolak belakang pendapat itu. Dari kesimpulan diskusi yang beredar luas itu, di mata publik, nama Karina langsung jatuh terkulai.

Untung Karina sudah sering dijatuhkan seperti itu. Sejak dia mempraktikkan terapi stem cell. Juga ketika Karina menjalankan terapi PRP. Karina kali ini cukup menghadapi itu dengan cara Jawa-nyi: semedi. Tiarap.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO