Awalnya Resep dari Peneliti Unair, Yuwono Produksi Obat Herbal Penangkal Covid-19 dari Empon-empon

Awalnya Resep dari Peneliti Unair, Yuwono Produksi Obat Herbal Penangkal Covid-19 dari Empon-empon Yuwono saat menunjukkan cara meracik ramuan herbal penangkal Covid-19. foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Klinik Herbal Taman Toga Wahyu Alam di Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, berhasil mengembangkan tanaman obat untuk obat penangkal Covid-19.

Yuwono, 50, pemilik Klinik Taman Toga Wahyu Alam menjelaskan, bahwa obat atau jamu bikinannya terdiri dari kayu manis, sereh hitam, kunyit basah, jahe basah, temulawak, dan sedikit akar ginseng.

"Untuk jenis empon-empon kita blender terlebih dahulu. Kemudian direbus bersama bahan-bahan lain dan dicampur gula putih secukupnya. Bila sudah jadi, ramuan berupa bubuk bisa bertahan sampai 4 bulan," jelas Yuwono, Rabu (7/7).

Menurut Yuwono, racikan jamu untuk penangkal Covid-19 tersebut ia peroleh dari seorang peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Waktu itu, ungkap Yuwono, peneliti dari Unair tersebut minta dibuatkan racikan jamu yang isinya empon-empon atau bahan seperti yang disebutkan di atas.

"Ketika pesanan obat untuk penangkal covid jadi dan diambil, saya lalu minta izin untuk membuat racikan seperti yang dipesan oleh peneliti dari Unair itu. Alhamdulillah diizinkan," ujar Yuwono.

Ia mengungkapkan, permintaan jamu bikinannya saat ini terus bertambah. Sehari, Yuwono mengaku bisa membuat membuat racikan sampai 15 kg. Padahal sebelumnya, sehari hanya 3 - 5 kg saja.

"Selama pandemi ini, permintaan obat penangkal Covid-19 yang kami buat ada kenaikan sampai 150 persen. Yang membeli selain dari Kediri, juga ada yang dari luar kota seperti Surabaya dan Jakarta, bahkan luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatra juga ada yang minta dikirim," terangnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Yuwono tidak terlalu khawatir, karena ia mempunyai kebun tanaman obat di Hutan Bambingan, Lereng Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dan di perkebunan daerah Kademangan, Kabupaten Blitar.

Yuwono mengaku mulai mempelajari tanaman obat sejak tahun 1995. Sumber utamanya adalah buku, serta “ilmu khusus” berupa pengalaman dan informasi dari beberapa orang tua.

Ia membuka pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan sejak tahun 2000. “Lama mas, saya mempelajarinya sekitar 5 tahun. Kemudian saya menanyakan langsung kepada beberapa orang tua. Mengenali tanamannnya sulit. Jadi ya harus praktik langsung juga," tutup pria yang kerap disapa Pak Wahyu itu. (uji/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO