MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Panas terik matahari yang menyengat tak menghalangi semangat Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul ummah Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur. Kiai miliarder tapi dermawan itu bersama putra sulungnya, Muhammad Al-Barra (Gus Bara) yang kini Wakil Bupati Mojokerto, mendatangi empat titik sungai untuk menebar ikan dalam rangka memperingati Hari Lingkugan Hidup se-Dunia. Yaitu sungai di Desa Pacet, Padusan (tempat pemandian air panas), Petak, dan Pandan.
"Ini yang pertama. Masih banyak kekurangan. Nanti akan terus belanjut tiap minggu," kata Kiai Asep ketika memberikan sambutan singkat di pinggir sungai di Desa Pacet Mojokerto, Sabtu (5/6/2021).
BACA JUGA:
- Pecah Ban, Bus Pahala Kencana Terbakar di Tol Jombang-Mojokerto
- Hadiri Halal Bihalal Tenaga Pendidik, Gus Barra Komitmen Perjuangkan Kesejahteraan Guru
- Alasan PPP Dukung Gus Barra Cabup Mojokerto: Santri, Profesional, Muda, dan ...
- Sudah Rekom Gus Barra, PAN Jatim Minta PAN Mojokerto Tak Buka Pendaftaran Cabup
Acara yang diawali tumpengan itu selain dihadiri Kiai Asep dan Gus Bara juga tampak Wakil Ketua DPRD Mojokerto Sholeh, para kepala desa dan kapolsek, serta perwakilan kodim setempat.
Menurut Gus Bara, acara tebar ikan ini untuk menjaga ekosistem dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia. “Ini sangat membantu Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Dan ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Mojokerto,” tegas alumnus Universitas Al-Azhar Mesir itu.
Gus Bara menjelaskan, bahwa semua biaya tabur ratusan ribu ikan itu murni dari Asep Saifuddin Chalim (ASC) Foundation, bukan dari Pemkab Mojokerto.
“ASC Foundation memberi untuk berbagi, tapi tidak menerima sumbangan,” tegas wakil bupati milenial yang juga ketua ASC Foundation itu.
(Aparat kepolisian juga bahu membahu menyukseskan tebar ikan dalam rangka menyemarakkan Hari Lingkungn Hidup se-Dunia di Mojokerto, Sabtu (5/6/2021). foto: mma/ bangsaonline.com)
Kiai Asep tampak sangat bersemangat untuk program memberdayakan sungai di Mojokerto. “Nanti semua sungai di Mojokerto harus dibersihkan. Sampai airnya bisa diminum dan banyak ikannya sehingga warga dengan mudah memanen ikan untuk dimakan,” kata ketua umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
“Tiga bulan ikan-ikan itu sudah bisa dipanen,” katanya optimistis. Namun Kiai Asep melarang mengambil ikan dengan cara mempotas, menyetrum dan menjala. “Harus dipancing,” katanya sembari mengatakan bahwa semua warga Mojokerto boleh memancing dengan gratis.
Program ini didukung penuh 20 kepala desa se-kecamatan Pacet Mojokerto. Kini lahir peraturan pemerintah desa yang memberikan rambu-rambu agar warga Pacet Mojokerto tidak membuang sesuatu yang membuat sungai kotor dan tercemar.
Dalam peraturan pemerintah desa itu juga ditulis poin-poin tentang aturan mengambil ikan. Termasuk larangan menyetrum dan menjala. Peraturan itu dicetak dalam bentuk poster dan ditempel di beberapa jembatan pinggir sungai.
(Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Al-Barra dan Prof. Dr. KH. Asep Saifudin Chalim, M.A. melepas ikan di sungai di Mojokekrto, Sabtu (5/6/2021) . foto: mma/ bangsaonline.com)