​Pendapatan Turun 90 Persen, Apa Garuda Tiga Bulan ke Depan masih Bisa Terbang Normal?

​Pendapatan Turun 90 Persen, Apa Garuda Tiga Bulan ke Depan masih Bisa Terbang Normal? Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Kondisi keuangan Garuda Indonesia benar-benar turun drastis. Pendapatannya tinggal 10 persen. Dari 90 pesawat yang disewa, kini hanya 40 pesawat – termasuk Citilink - yang terbang. Bahkan dari 1.500-an pilot hanya 700 pilot yang dinas.

Karena itu Dahlan Iskan, wartawan kawakan, bertanya pada Dirut Garuda: apakah sampai tiga bulan ke depan Garuda masih akan bisa terbang normal?

Nah, silakan simak tulisan mantan Menteri BUMN itu di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, hari ini, Sabtu 5 Juni 2021. Selamat membaca:

Ketika saya anjurkan Direksi Garuda Indonesia ke PKPU saja (Disway kemarin) saya punya maksud ganda: sekalian itu sebagai senjata memperkuat posisi kita. Terutama dalam menghadapi perusahaan yang menyewakan pesawat (lessor) ke Garuda.

Saya tahu Garuda sedang bekerja keras mengajak lessor untuk berunding. Agar sewa pesawat yang mahal itu bisa turun. Pun cara pembayarannya bisa lebih ringan.

Tentu lessor juga orang pinter. Tidak mudah mengajak mereka membicarakan kembali kontrak yang sudah lama disetujui.

Tapi keadaan lagi babak belur. Pendapatan Garuda turun sampai 90 persen. Perusahaan mana pun tidak kuat bertahan dengan pendapatan tinggal 10 persen.

Bisa juga lessor terlihat seperti kooperatif. Seolah mau diajak berunding. Tapi mereka terus mengulur waktu. Apalagi lessornya sampai 30 perusahaan. Mengajak berunding bersama pasti sulit. Bikin jadwal rapat saja pasti tidak mudah.

Dengan maju ke PKPU, mereka tidak bisa lagi olor waktu. Mereka hanya punya waktu 3 bulan untuk duduk di meja perundingan. Kalau mereka tidak bisa memenuhi keinginan kita pengadilanlah yang akan memutuskan.

Dari pengalaman yang ada, pengadilan akan membuat putusan yang memihak perusahaan: perusahaan harus jalan terus. Utang-utang dibayar dengan skema baru. Pengadilan akan melihat berapa kemampuan perusahaan membayar utang. Berapa kemampuan mencicil utang. Kapan bisa mulai mencicil. Bahkan pengadilan bisa mengolor pelunasan utang itu dalam waktu puluhan tahun.

Pengadilan bisa memutuskan begitu lantaran melihat bisnis Garuda masih cerah. Jumlah penumpang masih banyak. Nama Garuda, di mata penumpang sangat harum: aman dan tepat waktu.

Pasar domestik Garuda sangat kuat. Dengan memperbaiki program Garuda masih bisa operasi dengan pendapatan yang ada. Asal ada keringanan di pembayaran utang tadi.

Jangan takut ke PKPU. Malu sebentar. Tapi menyelamatkan banyak hal: nama Garuda, karyawan dan juga pemegang saham.

Atau, setelah mendekati batas waktu yang ditetapkan pengadilan, para lessor tiba-tiba menerima keinginan kita. Artinya, perusahaan juga akan tetap beroperasi, tanpa terlalu berat membayar cicilan utang.

Mumpung ada alasan ke PKPU. Enam bulan lagi belum tentu alasan itu masih relevan. Misalnya, kalau tiba-tiba semua negara merdeka dari Covid-19.

Momentum kadang hanya terjadi sekali. Kalau momentum Covid ini tidak bisa dimanfaatkan Garuda akan terus mengalami kesulitan sampai jangka waktu yang saya tidak bisa memperkirakan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO