​Heboh Dana Asing Rp 100 Triliun, Pertamina Butuh Rp 600 Triliun, Waskita Karya Mau Jual 5 Jalan Tol

​Heboh Dana Asing Rp 100 Triliun, Pertamina Butuh Rp 600 Triliun, Waskita Karya Mau Jual 5 Jalan Tol Dahlan Iskan.

Baiknya jangan dulu ditanyakan ke direksi . Masih banyak pekerjaan rumah di sana. Kita tunggu saja kejelasan lebih lanjut.

Merumuskan di mana ekuiti itu akan dicatatkan benar-benar tidak mudah. bukanlah perseroan terbatas. Yang memiliki lembar saham. Yang setiap dana ekuiti masuk bisa dicatat sebagai saham.

juga bukan lembaga keuangan seperti bank. Yang bisa mencatat dana luar dalam bentuk tabungan atau deposito. Yang bisa memberikan bunga.

"Saya juga belum tahu. Belum pernah ada penjelasan soal itu," ujar Mohamad Misbakhun, anggota DPR di komisi keuangan.

Saya sendiri masih sulit membayangkan di mana ekuiti itu akan dicatat. Apalagi sifatnya akan dinamis. Dana tersebut tentu akan masuk ke tidak bersamaan. Kalau dicatat sebagai ekuiti berarti komposisi ekuiti akan terus berubah.

Ataukah akan membentuk banyak ''anak perusahaan?'' Yang setiap kali masuk ke satu proyek, membentuk badan usaha baru. Yang merupakan badan usaha patungan –antara dan investor asing. Di setiap proyek, setor berapa dolar dan investor asing setor berapa dolar. Lalu badan usaha patungan itu yang akan jadi pemegang saham sementara –atau permanen– di proyek yang dimasuki.

Berarti akan ada banyak anak perusahaan . Yang, sesuai dengan kemampuan , mayoritasnya si investor asing. Berarti anak perusahaan itu akan berstatus –penanaman modal asing.

Ini akan menghadapi kendala besar. Kalau anak usaha itu masuk ke salah satu BUMN yang sudah go public, berarti mayoritas saham BUMN tersebut akan menjadi di tangan asing.

Itu akan punya dampak legal yang panjang.

Tapi bisa jadi dana dari anak perusahaan tadi masuk ke salah satu BUMN bukan sebagai penyertaan modal. Bisa saja masuk sebagai MTN –medium term note. Atau sebangsa itu. Dengan bunga yang menarik.

Begitu banyak jalan yang bisa diterobos di dunia bisnis. Asal uangnya ada. Uang itulah yang kita tunggu-tunggu. Ia bisa menjadi dewa penolong di tengah dunia yang lesu.

Sebelum dana asing itu benar-benar masuk, janganlah terlalu banyak pertanyaan. Jangan sampai lebih banyak pertanyaannya dari pada jumlah uangnya.

Biarlah direksi berpikir keras bagaimana mengubah komitmen itu menjadi uang. Biarlah cukup waktu memikirkan bentuk pencatatan ekuiti itu nanti.

Tapi, yang antre untuk mendapat uang itu sudah sangat panjang. Waskita Karya sudah terlihat ngebet menjual lima ruas miliknya. Bahkan sendiri sudah mengatakan perlu dana sampai Rp 600 triliun. Agar proyek-proyek besarnya berjalan lancar.

Beranikah melangkah? Sebelum dana asing itu masuk? Misalnya, beranikah masuk ke jalan- yang sudah beroperasi itu? Dengan memakai dulu uang yang sudah ada di ? Yang berasal dari itu? Yang nilainya Rp 15 triliun itu?

Tentu akan ada orang kritis yang mempersoalkan: uang itu asalnya dari dari pinjaman. Lalu untuk menolong BUMN lewat .

Maka Disway hari ini sebaiknya sampai di sini dulu. Nanti terlalu banyak pertanyaan yang harus dipikir. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO