​Khawatir Kepiawaian BUMN, Dahlan Iskan Bandingkan Kasus Jiwasraya dengan Goreng Saham GameStop

​Khawatir Kepiawaian BUMN, Dahlan Iskan Bandingkan Kasus Jiwasraya dengan Goreng Saham GameStop Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wartawan kondang Dahlan Iskan memperkirakan, jika kasus Jiwasraya digabung dengan Asabri, maka jumlah uang yang hilang lebih dari Rp 25 triliun. Mantan menteri itu kemudian membandingkan dengan kasus goreng GameStop di Amerika Serikat (AS).

“Yang beruntung bisa tiba-tiba 190 kali lebih kaya. Yang buntung sebaliknya. Hanya dalam 4-5 hari itu 5.000 perusahaan bernasib sial. Belum termasuk ribuan pembeli perorangan. Total kerugian mereka diperkirakan mencapai USD 75 miliar. Setara dengan sekitar Rp 1.000 triliun,” tulis Dahlan Iskan pada Disway yang juga dimuat tiap hari di HARIAN BANGSA.

Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkan lengkap tulisan Dahlan Iskan edisi 31 Januari 2021, di Disway hari ini. Selamat membaca:

DUA hari ini bayangan saya ke Jiwasraya dan Asabri. Yang kalau digabung kehilangan uang lebih dari Rp 25 triliun. Yang 5 pelakunya sudah dijatuhi hukuman seumur hidup. Dan akan diadili lagi untuk yang Asabri. Dengan hukuman yang mestinya sama –atau lebih berat.

Kalau saja di Amerika, sangat mungkin mereka bisa bebas. Praktik seperti itu sangat biasa. Misalnya yang terjadi hari-hari ini. Yang hebohnya bukan main.

Goreng .

Tiba-tiba saja GameStop naik sampai 190 kali. Dalam waktu kurang dari satu minggu.

Yang beruntung bisa tiba-tiba 190 kali lebih kaya. Yang buntung sebaliknya. Hanya dalam 4-5 hari itu 5.000 perusahaan bernasib sial. Belum termasuk ribuan pembeli perorangan. Total kerugian mereka diperkirakan mencapai USD 75 miliar. Setara dengan sekitar Rp 1.000 triliun.

Tidak ada yang masuk penjara.

Atau belum.

Yang sekarang dipersoalkan justru broker online Robinhood. Yang Kamis lalu menghentikan perdagangan GameStop di Apps Robinhood.

Itu dianggap menghilangkan kesempatan untuk menutup kerugian. Kalau perdagangan online itu tidak ditutup mereka bisa terus bertransaksi. Kerugian kemarin-kemarin bisa tertutup lewat transaksi baru –meski juga bisa masuk jurang lebih dalam.

Robinhood mengakhiri transaksi online itu karena harga GameStop bukan lagi gila-gilaan tapi sudah gila beneran.

Otoritas pasar modal Wall Street pun sudah tidak bisa apa-apa. Wall Street sudah menghentikan perdagangan itu tanggal 25 Januari. Ketika harga GameStop naik secara tidak masuk akal. Tapi sesuai dengan kebebasan pasar, Wall Street harus membuka lagi. Yang penting Wall Street sudah mengingatkan publik –lewat penghentian itu. Selanjutnya terserah publik. Transaksi pun dibuka lagi.

Ups... Masih gila-gilaan naiknya. Ditutup lagi. Dibuka lagi. Gila-gilaan lagi. Ditutup lagi. Dibuka lagi. Terus gila-gilaan.

Sampai sembilan kali Wall Street menutup sementara transaksi GameStop itu. Tapi akhirnya diserahkan ke mekanisme pasar. Terserah. Mau seperti apa.

GameStop itu perusahaan persewaan video game. Alatnya dan permainannya. Sejak game masih berupa Nintendo di tahun 1980-an.

Pusat perusahaan itu di Dallas, Texas. Tapi punya cabang di mana-mana. Pernah punya cabang sampai 5.000 –termasuk sampai ke Eropa. Lalu di masa persewaan bisa beralih ke online GameStop mengalami kemunduran. Mundur terus. Lalu menyatakan bangkrut.

Pemegang pun berganti. Ganti pula direksi. Belum sempat maju, sudah sulit lagi. Hampir bangkrut lagi.

Tiga tahun lalu GameStop rugi sekitar Rp 100 miliar. Lalu tahun 2019 rugi lagi ratusan miliar rupiah. Tahun 2020, di saat pandemi, lebih sulit lagi. Beberapa cabang persewaan itu sering digerebek polisi. Dianggap melanggar protokol kesehatan. Kerugian tahun 2020 mencapai lebih Rp 1 triliun. Hampir saja direksi dan pemegang nya menyerah. Untuk ketiga kalinya.

GameStop adalah perusahaan publik ­–40 persen nya dimasukkan pasar modal.

Dengan kondisi perusahaan seperti itu harga nya merosot terus. Pernah tinggal 2 dolar/lembar.

Rupanya murahnya harga GameStop diketahui para pemain . Mereka pun siap memborongnya. Dengan jumlah yang sudah mereka hitung. Yang bisa memengaruhi harga di Wall Street.

Mereka menggoreng itu.

Pelakunya adalah paguyuban pemakai akun Raddit. Anda lebih tahu Raddit dari saya. Yang sebenarnya ''hanya'' perusahaan penyedia akses internet.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO