​Dahlan Iskan: Tarikat Satariyah Dicaci Maki Ustad Masa Kini, tapi Dibela Gus Baha’

​Dahlan Iskan: Tarikat Satariyah Dicaci Maki Ustad Masa Kini, tapi Dibela Gus Baha’ Dahlan Iskan. foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Selama ini publik hanya tahu Dahlan Iskan sebagai wartawan kawakan, pengusaha media sukses, dan mantan Menteri BUMN. Padahal pria yang kini memasuki usia 70 tahun itu lahir dari keluarga pesantren. Yaitu Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran Magetan Jawa Timur yang kini membawahi 120 .

Dahlan Iskan bahkan penganut Tarikat Satariyah. “Ayah saya memang penganut tarekat satariyah. Sang guru adalah mursyid (pemimpin spiritual) satariyah. Di umur 15 tahun pun saya sudah dibaiat untuk ikut menapaki jalan spiritual itu; yakni mencari "sangkan-paraning-dumadi" lewat dzikir ''hu'' yang banyak dicaci-maki ustad masa kini, tapi dibela dengan baik oleh ulama seperti Gus Baha' –lewat YouTube-nya yang sangat populer itu,” tulis Dahlan Iskan dalam Disway yang juga dimuat HARIAN BANGSA hari ini, Rabu (13/1/2021).

Bagi Dahlan, Tarikat Satariyah tampak sangat fundamental. “Hidup ini dari mana dan hendak ke mana,” tulis Dahlan Iskan yang sering berhari raya atau berlebatan di tanah suci bersama keluarganya karena umroh saat akhir bulan Ramadan.

(Dahlan Iskan bersama istrinya, Nafsiyah Dahlan saat umroh. foto: ist).

Ia mengaku sempat menelusuri sejarah Tarikat Satariyah. “Saya sempat bersama Gus Amik keliling Jawa Barat. Ke Pamijahan. Ke Panjalu. Ke Buntet. Ke Benda. Mendalami asal-usul aliran tarekat yang sangat dekat dengan kebatinan Jawa ini,” tuturnya.

Gus Amik - nama lengkapnya Ir. KH. Miratul Mukminin - adalah pengasuh Sabilil Muttaqien yang wafat beberapa hari lalu karena terserang Covid-19. Gus Amik merupakan keluarga dekat Dahlan Iskan yang pernah menjadi Bupati Magetan.

Dahlan Iskan juga mengaku bertemu seorang doktor yang disertasinya tentang Satariyah. “Saya pun tahu: Islam mulai mengalami benturan spiritual setelah melebar ke wilayah non-Arab,” tulis Dahlan yang lulusan Madrasah Aliyah kemudian melanjutkan ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) tapi tidak tamat.

“Misalnya ketika Islam melebar ke Parsi –yang merasa peradabannya lebih tinggi dari Arab,” tulisnya.

Lebih utama lagi ketika Islam melebar sampai ke India –yang di zaman itu jauh lebih kaya dari negara-negara Arab –yang belum menemukan minyak bumi. India juga merasa mempunyai peradaban lebih tinggi dari Arab.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO