​Kekurangan Vitamin D, Dahlan Iskan Positif Covid-19, Ini Cerita Detailnya

​Kekurangan Vitamin D, Dahlan Iskan Positif Covid-19, Ini Cerita Detailnya Dahlan Iskan. Foto: sumatera ekspres

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wartawan kawakan yang mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan terpapar . Ia kini isolasi di Rumah Sakit di Surabaya.

Namun pengusaha media itu tetap aktif menulis. “DISWAY hari ini saya tulis di rumah sakit: saya terkena . Awalnya saya tidak mau masuk RS. Terlalu banyak yang bercerita di RS justru berbahaya. Toh tidak ada keluhan yang berat. Hanya batuk-batuk kecil. Tidak demam. Sambal istri saya masih terasa pedasnya. Masih menitikkan air liur.

Tapi dua anak saya memaksa. Kebetulan ada satu kamar baru kosong di RS langganan keluarga. Setidaknya mumpung ada kamar,” tulis Dahlan Iskan hari ini, Selasa (12/1/2021) yang juga dimuat di HARIAN BANGSA.

Menurut Dahlan, batuk-batuk kecil itu terjadi sehari sebelumnya: Sabtu. “Pagi itu saya masih olahraga satu jam di halaman depan Graha Pena. Lalu sarapan. Setelah itu perut saya kembung. Batuk-batuk kecil. Saya pikir akibat sambal tomat hijau yang terlalu banyak.

Lalu saya minum 4 kapsul Lian Hua. Siangnya 4 kapsul lagi. Sore lagi. Kembung perut berkurang. Saya pun pup lima kali. Tapi tidak diare,” jelasnya lebih lanjut.

Minggu pagi besoknya, tulis Dahlan, kondisi lebih baik lagi. “Saya mau berangkat olahraga. Anak saya melarang. Lalu: saya, istri, dan Kang Sahidin test antigen: saya positif. Istri dan Kang Sahidin negative,” tulisnya lagi.

Setelah tahu positif: masuk RS atau tidak? Atau swab PCR dulu?

“Saya ikuti keinginan anak-anak: masuk RS. Tapi tidak boleh langsung ngamar. Ditangani dulu di UGD: Swab-PCR,” tulis Dahlan.

Sambil menunggu hasil –lima jam menunggu– dilakukan banyak hal: ukur tekanan darah (144/77), level oksigen (97), suhu badan (38, tinggi), detak jantung (71), pemeriksaan jantung (bagus), CT Scan paru-paru (bersih).

“Di UGD itu saya langsung diinfus penurun panas. Setengah jam selesai. Jam 23.00 hasil PCR keluar: positif. Strong positif.

Ternyata hasil PCR itu empat macam: negatif, weak positif, positif, dan strong positif. Berarti positif saya ini tidak main-main. Saya langsung ngamar. Perasaan saya biasa saja. Toh saya tahu jantung dan paru-paru saya baik.

Betul juga saya mengikuti keinginan anak-anak. Kalau isolasi di rumah, saya tidak akan tahu kondisi organ-organ tersebut. Jatuhnya hanya menduga-duga. Yang justru bisa bikin was-was,” tulisnya.

Ia mengaku sudah membawa koper yang disiapkan istri: pakaian dan peralatan mandi. Juga obat-obatan wajib, terkait transplant hati dulu –termasuk obat penurun imunitas.

“Saya langsung tidur. Nyenyak. Sambil diinfus vitamin. Jam 04.00 saya terbangun. Mau kencing. Saya lihat botol infusnya kosong. Saya hubungi perawat. Diganti infus baru dengan isi yang sama.

Saya tidur lagi. Pagi-pagi suster masuk ruangan. Rutin. Test tekanan darah, oksigen, suhu, dan seterusnya. Hasilnya sama bagus dengan sebelumnya. Bahkan suhu badan saya sudah 36,6. Suster lalu mencopot infus yang sudah kosong,” tulisnya.

Tidak ada infusan baru. Lapar. Tidak ada pisang. Tidak ada jus jambu merah. Tidak ada dua telur rebus-lunak. Tidak ada pecel. Tidak ada brokoli rebus. Tidak ada sayur. Tidak ada madu.

“Eh, madu ada. Saya bawa dari rumah. Saya rebus air. Untuk minum madu. Tidak kenyang tapi lumayan. Sambil menunggu jatah sarapan dari rumah sakit,” jelasnya.

Siang harinya perawat melakukan tes lagi. Hasilnya masih tetap baik. Suhu 36,6; tekanan darah 137/69; detak jantung 71; oksigen 96.

Dokter penyakit dalam minta bicara lewat video: Dokter Purnomo Budi Setiawan. Dahlan mengaku sudah kenal lama. Ia dokter yang menangani sakit levernya, sejak sebelum transplant. Sekarang sudah doctor.

"Fungsi levernya baik sekali," ujar Dokter Purnomo Budi Setiawan kepada Dahlan Iskan. "Obat-obat terkait transplant terus saja diminum," tambahnya.

Menurut Dahlan, meski video call, ia tidak bisa melihat wajah Dokter Purnomo Budi Setiawan. “Rapat tertutup oleh APD kelas berat. Mungkin beliau juga lagi di rumah sakit. Saya kangen sebenarnya. Sudah lama tidak bertemu. Tapi ya sudah, ada Covid.

Tak lama kemudian ketua tim dokter masuk kamar. Tapi saya lagi video call dengan Singapura dan Tiongkok. Beliau keluar lagi ke kamar lain.

Setelah itu saya tidak mau terima telepon. Agar ketika beliau kembali saya sudah siap,” tulisnya.

Dahlan pun diperiksa di bagian dada dan punggung. Dengan stetoskop. “Saya disuruh tarik napas dan melepaskannya. Di 8 titik dada dan 8 titik punggung. Saya tahu itu untuk mendeteksi paru-paru. Yakni organ paling menarik perhatian di pasien .

Namanya: dr Hanny Handoko. Laki-laki. Ahli paru dari Unair, Surabaya. Yang pernah memperdalam ilmunya di National University Hospital (NUH) dan Tan Tock Seng Novena. Semuanya di Singapura,” katanya.

Dahlan mengaku akan bertanya tentang stetoskop yang ia gunakan. Kok berbeda dengan stetoskop biasanya yang kita kenal.

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO