KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Kawasan hutan di Pegunungan Wilis kini berada dalam kondisi kritis. Hal tersebut diungkapkan oleh Tofan Ardi, Ketua Umum Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis) Tunggal Rogo Mandiri (Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, dan Kediri).
Ia mengatakan bahwa kelestarian kawasan Wilis merupakan tanggung jawab bersama sebagai bagian dari perubahan untuk mengembalikan Wilis menjadi Benteng Ketahanan Ekologi, Benteng Ketahanan Bencana, dan Benteng Ketahanan Ekonomi.
BACA JUGA:
- Pembangunan Jembatan Jongbiru Kediri Diperkirakan Meleset dari Target Penyelesaian
- Aksi Simpatik Polisi di Kota Kediri Selama Arus Mudik: Mulai Bantu Dorong Mobil hingga Bantu Isi BBM
- Halal Bihalal dengan Jajaran Pemkot Kediri, Pj Zanariah Ungkap soal Aturan WFH
- Musim Hujan, Setidaknya Terdapat Tiga Titik Terjadi Longsor di Lereng Wilis Kediri
Berdasarkan peta yang diolah menggunakan software Qgis mengacu pada data Kementerian LHK tentang kondisi kritis dan hasil overlay memakai teknik polygon, Tofan mengungkapkan, kondisi hutan di wilayah Kediri, Tulungagung, Madiun, dan Trenggalek berada dalam kondisi kritis.
Menurut Tofan, kawasan hutan kritis di Pegunungan Wilis mencapai 15.733 ha dan tersebar di 6 kabupaten, yakni Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, dan Kediri.
Di Kediri, lanjut Tofan, luasan lahan kritis saat ini mencapai 5.392 ha dan tersebar di empat kecamatan, yakni Semen, Tarokan, Grogol, dan Mojo.
"Luas areal hutan rusak di Kecamatan Grogol bahkan mencapai 2.357 ha. Hal ini tentu menjadi permasalahan serius bagi pemerintah maupun masyarakat. Sebab, jika hujan, berpotensi longsor dan jika kemarau berpotensi kekeringan, sebab hutan tak lagi berfungsi sebagai zona tangkapan air," ujar Tofan, Senin (28/12/2020).