Tafsir Al-Kahfi 28: Suka Bicara Harta, Tanda Hati Buta

Tafsir Al-Kahfi 28: Suka Bicara Harta, Tanda Hati Buta Ilustrasi

"wa la ta'd 'ainak 'anhum turid zinah al-hayah al-dunya". Dlamir "hum", sesuai sabab nuzul adalah para penggede kafir Makkah yang sok elitis dan gengsian, seperti Uyainah dan al-Aqra', termasuk Umayyah ibn Khalaf. Tuhan melarang mata ini, kecenderungan hati ini kepada mereka. Lalu Tuhan mengungkap motif kedekatan itu yakni: "turid zinah al-hayah al-dunya", ingin mendapatkan keuntungan duniawi.

Tuhan membongkar sifat umum manusia ketika mendekati orang-orang gede, meski ada pengecualian. Jadi bisa dibaca ketika ada orang shalih yang tiba-tiba mendekat-dekat pejabat, konglomerat. Menurut ayat ini, dia ingin keuntungan duniawi. Dekat boleh untuk mendakwahi dan menasihati. Tapi yang begini ini jarang.

Ustadz di kalangan artis dalihnya pasti mendakwahi dan membimbing mereka dari dekat, mengarahkan secara perlahan dan butuh waktu. Itu sungguh amal terpuji dan mudah-mudahan begitu.

Sekarang lihat lahiriahnya saja dengan memperhatikan tampilan mereka, gaya hidup mereka sehari-hari, maupun di televisi. Mana yang dominan: artisnya yang mengustadz, berhenti bergoyang, disiplin menutup aurat, aktif mengkhatamkan al-qur'an, atau ustadznya yang mengartis?

Apa sih yang dipertontonkan kaum selebriti? yang biasa ya pamer harta, pamer kesenangan, plesiran, ke luar negeri, pamer barang-barang mewah, barang langka, hobi-hobi mahal yang sama sekali tidak ada manfaatnya bagi agama. Gaya hidup begini ini yang dibenci Tuhan, seperti tertutur pada ayat ini. Perhatikan pesan berikutnya.

"wa la tuthi' man aghfalna qalbah 'an dzikrina..". Jangan kamu ikuti gaya hidup orang yang lalai kepada Tuhan. Mereka sangat sedikit berdzikir dan minim istighfar. "wa ittaba' hawah", sehari-harinya memburu kesenangan dan menuruti nafsu. Nuruti hobi dan gaya-gayaan, gengsi-gengsian.

Bangga sekali memamerkan mobil mewahnya, motor gedenya, sampai anak-anaknya yang masih belum mengerti apa-apa digiring ke kehidupan glamor. Dipamerkan kolam renangnya, pakaiannya, mainnya, pokoknya ingin tampil serba wah. Lalu bangga dan merasa kelas atas. Gaya hidup macam begini ini yang dikecam al-qur'an sebagai orang yang terpuruk dalam nafsu duniawi, lalai berdzikir.

Mereka tidak sadar, bahwa tayangan begitu itu sangat menyakitkan perasaan orang miskin, menambah pedih hati anak-anak tidak mampu yang hidupnya serba kekurangan. Kadang ada sedekah sedikit, sangat sedikit, dibanding kekayaannya, tapi didramatisir dan dikemas sedemikian rupa hingga layak jual. Pandai mengais keuntungan dari kemiskinan orang lain. Sesekali bayangkan, andai dia sendiri yang miskin, lalu menyaksikan tayangan macam itu.

Jika kafir Makkah tidak sudi berkumpul dengan orang-orang beriman yang miskin, yang faqir, yang budak, yang kelas bawah, lalu Tuhan menegur sikap itu sebagai tercela. Kini kita lihat diri kita sendiri. Mana lebih lega, berkumpul dengan kaum elitis yang glamor, atau ahli ibadah yang miskin? Ke mana kecenderungan kita, itulah kualitas keimanan kita.

"wa kan amruh furutha". Apa yang mereka lakukan itu berakhir "furuth", maknanya:

Pertama, keterlalauan. Identik dengan kata "tafrith, ifrath", melampaui batas kewajaran, jadinya tidak wajar. Kapasitas 10 kilo, diisi 15 kilo, jadinya jebol dan berantakan.

Kedua, lemah. Kualitas keimanannya lemah, sehingga apa yang dikerjakan tidak diproyeksikan kepada Tuhan sebagai amal ibadah, melainkan lebih kepada kepuasan nafsu. Lemah di sini juga bermaknakan kualitas amal-amalnya rendah sekali, sehingga tidak dinilai Tuhan sebagai amal baik.

Ketiga, lewat. Amalnya lewat dan berlalu begitu saja, hilang tanpa ada manfaat, tanpa ada imbalan pahala di sisi Allah SWT. Beberapa ayat mendukung penafsiran ini, antara lain "La'in asyrakta layahbathann amaluk" (al-Zumar:65). Semua makna itu berdekatan. Jika digabung dan disederhanakan, maka jadinya: amalnya hangus tak berpahala. Na'udz billah min dzalik.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO