​Strategi Pilwali Surabaya: MA Gandeng Calon Wakil Bukan Parpol, PDIP Kombinasi Parpol-Ormas

​Strategi Pilwali Surabaya: MA Gandeng Calon Wakil Bukan Parpol, PDIP Kombinasi Parpol-Ormas Dr. Andik Matulessy. foto: nanang fachrurrozi/ bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Partai politik (parpol) yang bakal bertarung di Pilwali Kota Surabaya 2020 mulai berebut calon penumpang. Namun jika parpol salah mengangkut penumpang, berakibat bakal ditinggal penumpangnya.

Satir di atas gambaran dinamika Pilwali Kota Surabaya 2020, di mana saat ini para calon kontestan dan parpol yang bakal mengusung mulai ramai muncul ke publik.

Bahkan Mujiaman, Dirut PDAM Surabaya, secara terang-terangan mundur dari jabatannya. Ia menyatakan akan menjadi calon wakil wali kota mendampingi Mahfud Arifin (MA) yang bakal maju sebagai calon wali kota di Surabaya. Ia diusung delapan partai, PKB, PPP, Nasdem, Golkar, Demokrat, PAN, Gerindra, dan terakhir PKS.

Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sampai saat ini belum menjatuhkan rekomendasi kepada bakal pasangan yang akan diusung untuk maju di Pilwali. Padahal nama-nama seperti Eri Cahyadi (Kepala Bapeko), Wisnu Sakti (wakil wali kota saat ini), Zahrul Azhar (Gus Hans, politikus Golkar), Armuji (Anggota DPRD Jatim dan fungsionaris PDIP) santer muncul di publik.

Menanggapi konstelasi pilwali ini, Psikolog Politik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Dr. Andik Matulessy, mengatakan bahwa masing-masing kandidat dan parpol punya strategi untuk mengumpulkan suara dari swing voter yang bukan merah atau hijau. Swing voter itu bisa dari kalangan ASN dan orang-orang yang tidak berafiliasi politik.

"MA pakai strategi politik untuk pilih wakilnya. Pertama, cari calon bukan dari parpol, agar tidak menimbulkan konflik di parpol pendukung. Kedua, mengambil suara dari kalangan birokrasi," urainya kepada bangsaonline.com Senin (24/8/2020).

Jika MA salah pilih calon wakil, apa kira-kira ada kemungkinan tim pendukung bakal membelot?

"Malah sebenarnya itu solusi agar dukungan tidak terbelah karena tidak memilih wakil dari salah satu parpol pendukung. Sama dengan pak Jokowi pilih wapresnya," terang Andik mengurai alasannya.

Lalu bagaimana dengan nama-nama yang santer di PDIP? Di antara nama-nama tersebut, siapa yang tepat?

"Kombinasi salah satu dari parpol dan ormas keagamaan itu yang ideal. Kalau bukan diusung parpol. Sementara pendukung yang fanatik adalah dari parpol. Figur dari parpol yang sebenarnya mumpuni adalah Armuji karena sudah lama menjadi kader partai dan banyak didukung oleh grassroot," pungkasnya. (nf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO