Kisah ​Kegigihan Relawan Nakes RS Darurat Covid-19 Kota Kediri Dalam Mendapat Izin Keluarga

Kisah ​Kegigihan Relawan Nakes RS Darurat Covid-19 Kota Kediri Dalam Mendapat Izin Keluarga Para relawan tenaga kerja RS Darurat Covid-19 Kota Kediri saat mengikuti pembekalan di tempat kerjanya. (foto: ist).

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Menjadi relawan Nakes (Tenaga Kesehatan) di Rumah Sakit Darurat bukan hanya soal keahlian saja, tetapi ternyata juga dibutuhkannya izin dari keluarga sebagai salah satu syarat dalam pendaftaran. Permasalahannya, tidak semua orang tua rela melepas begitu saja putra putri mereka untuk bekerja di garda terdepan untuk melawan tersebut.

"Ya, awalnya susah sih izinnya, terutama ibu. Kalau bapak sih langsung mendukung," kata dr. Dian Ayu Murtidewi, salah satu relawan. Meski sebelumnya dokter muda ini sudah pernah bertugas di rumah sakit dan klinik, ibunya berat untuk melepas putrinya bekerja di rumah sakit darurat yang pasiennya khusus .

"Saya jelaskan, bahwa risiko di rumah sakit lain sama saja dengan di sini. Semua Nakes (Tenaga Kesehatan) berpotensi tertular. Bahkan di rumah sakit umum, kita tidak tahu pasien yang datang kena atau tidak sebelum adanya pemeriksaan," terang Dian ketika meyakinkan orang tuanya. Akhirnya, izin pun didapatkan.

Hal yang sama, juga dialami oleh dr. Muhammad Hibban R.L. Sebelumnya, ia pun pernah bekerja di rumah sakit lain. Kontraknya habis, kemudian ia melamar menjadi relawan yang dibutuhkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri.

"Saya katakan pada orang tua, kalau sumpah dokter itu mengabdikan jiwa raganya untuk kesehatan masyarakat. Maka saya pun terpanggil untuk menjadi relawan ketika masyarakat membutuhkan," kata Hibban saat meyakinkan orang tuanya.

Menurut Hibban, izin orang tua dan keluarga merupakan salah satu syarat administratif untuk mendaftar menjadi relawan. Tanpa izin, akan didiskualifikasi. Selain itu, juga tidak sedang terikat kontrak dengan institusi atau rumah sakit lain.

"Saya juga ingin menambah pengalaman di sini. Ke depannya, saya ingin bisa ambil spesialis paru, sehingga menangani pasien adalah cara untuk menimba pengalaman," tambah Dian.

Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan , dr. Fauzan Adima mengatakan, pada rekrutmen Nakes periode pertama ini yang lulus ujian seleksi berjumlah 48 orang relawan yang terdiri dari 4 orang dokter muda, perawat, ahli gizi, dan analis. Mereka sejak awal pekan telah mendapatkan pembekalan, melakukan pengenalan ruangan, menyiapkan peralatan, dan juga simulasi menghadapi pasien.

"Ke depannya, jika dibutuhkan kami akan membuka pendaftaran lagi. Kita lihat kondisinya, kita berjaga-jaga jangan sampai nanti kita kekurangan tenaga di saat pandemi mencapai puncak," ujar Fauzan, Jumat (22/5/2020). (uji/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO