​Rizal Ramli Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok Tahun Ini

​Rizal Ramli Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal Anjlok Tahun Ini Ekonom Senior, Rizal Ramli dalam suatu wawancara di Surabaya. foto: DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ekonom senior, , memprediksi kondisi perekonomian Indonesia akan anjlok pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini. 

Hal itu tidak hanya dipicu dari dampak virus corona, akan tetapi ekonomi Indonesia sudah bermasalah karena pengaruh bubble economy. Gelembung makro ekonomi, gagal bayar, anjloknya daya beli, kehadiran bisnis digital, dan penurunan pendapatan petani.

"Semua indikator makro merosot lebih jelek dibandingkan 10-15 tahun lalu. Defisit neraca perdagangan, transaksi berjalan, tax ratio tidak mencapai target," kata di Surabaya, Minggu (8/3).

Secara logika, menurut mantan Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini, saat semua indikator makro merosot, harusnya mata uang rupiah melemah. Namun hal tersebut tidak terjadi karena didopping utang pemerintah dari luar negeri yang tentunya dengan bunga lebih mahal.

"Buat menopang rupiah agak menguat sedikit. Tapi yang namanya dopping, bisa jadi dia dopping pertama menang, tapi dopping ketiga biasanya jantungnya nggak kuat. Kelojotan habis itu. Sehingga tidak bisa didopping terus menerus. juga seperti itu," terang pria yang juga akrab disapa Gus Romli itu.

Gelembung daya beli merosot tajam. Penjualan turut anjlok, sebab tahun lalu pertumbuhan kredit hanya di angka 6,02 persen. Jika kondisi ekonomi normal, maka angka ekonomi tumbuh 6,5 persen dan pertumbuhan kredit bisa mencapai 15-18 persen.

Angka 6,02 persen tersebut hanya sepertiga dari target seharusnya. Sehingga mempengaruhi daya jual dan daya beli masyarakat bawah.

"Ini hanya 6,02 persen atau sepertiganya. Tidak aneh di bawah uang susah sekali dan penjualan anjlok banget karena uang yang beredar sedikit karena kesedot untuk bayar utang," tukas yang juga mantan anggota tim panel ekonomi PBB itu.

Lebih lanjut Rizal menguraikan setiap menteri keuangan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN), sepertiga dari dana di bank tersedot untuk membeli SUN. Karena SUN mampu menjamin defisit anggaran dan menggairahkan iklim investasi kendati bunganya dua persen lebih mahal dari deposito.

"Itulah yang terjadi hingga di bawah itu seret sekali. Tahun ini pertumbuhan kredit hitungan saya paling hanya 4 persen akan lebih merosot lagi," ungkap .

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO