​Daftar Bacawali, Gus Ali: Saatnya Santri Pimpin Kota Surabaya

​Daftar Bacawali, Gus Ali: Saatnya Santri Pimpin Kota Surabaya Gus Ali menyerahkan berkas pendaftaran sebagai Cawali Surabaya kepada Ketua DPW PSI Jatim, Shobikin Amin, Minggu (20/10) malam. foto: DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sebagai Kota Metropolitan, Surabaya adalah kota yang majemuk dan multi kultur. Demikian pula latar belakang penduduknya. Sejak republik ini berdiri, Kota Surabaya telah dipimpin oleh belasan wali kota termasuk Tri Rismaharini. Mereka berasal dari berbagai macam latar belakang, seperti tentara, politisi dan birokrat.

Namun sampai saat ini belum ada Wali Kota Surabaya berlatar santri. Kondisi itulah yang membuat Ali Azhara terpanggil untuk mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Wali (Bacawali) Kota Surabaya. Menurutnya, sudah saatnya Surabaya dipimpin seorang santri. Karena kemampuan santri setara dengan yang lain.

"Surabaya pernah dipimpin tentara, birokrat dan politisi. Kini saatnya santri memimpin Kota Surabaya. Karena itu, saya terpanggil untuk maju sebagai calon wali kota," tutur pria yang akrab disapa Gus Ali itu, Senin (21/10).

Keluarga Pondok Pesantren tertua di Jatim, Al Hamdaniyah, Siwalanpanji, Buduran ini mengaku sudah punya bekal yang cukup sebagai bacawali. Baik itu materi maupun jaringan, hingga wawasan.

Dorongan dari keluarga, para guru, sahabat hingga alumni Ponpes Al Hamdaniyah yang banyak bermukin di Surabaya juga melecut semangatnya untuk berkontestasi di pilwali. Bahkan yang membuat ia terharu adalah dukungan dari para ibu-ibu yang menggelar pengajian di depan rumahnya.

"Dukungan masyarakat sungguh luar biasa, mereka sampai menggelar pengajian untuk mendoakan ikhtiar saya maju walikota Surabaya. Ini yang membuat saya semakin mantap dalam melangkah," ujar warga Kecamatan Jambangan ini.

Gus Ali mengaku telah mendaftarkan diri sebagai calon wali kota di sejumlah partai, seperti NasDem dan PSI. Sementara di PKB dan Gerindra, meski belum membuka pendaftaran tapi dirinya sudah menjalin komunikasi politik dengan elit partai tersebut.

Ia pun memuji NasDem dan PSI yang menerapkan politik tanpa mahar. Bahkan PSI menyediakan lembaga survei untuk menyurvei elektabilitas dan popularitas calon, tanpa meminta sumbangan kepada calon. Menurutnya ini adalah praktik politik yang baik untuk menjaring pemimpin berkualitas dan berintegritas.

"PSI ini partai yang berbeda, mereka menerapkan politik positif dengan tidak menerapkan mahar. Kami, para calon juga menandatangani pakta integritas tidak melakukan KDRT dan poligami. Saya sudah tandatangani, karena saya sangat sayang istri," imbuh pengusaha properti ini. (mdr/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO