​Dibongkar Petugas Gabungan, Pemilik Lapak di Apollo Pasuruan Pasrah

​Dibongkar Petugas Gabungan, Pemilik Lapak di Apollo Pasuruan Pasrah Pembongkaran bangli gunakan eksavator.

PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Eksekusi pembongkaran bangunan liar (bangli) di saluran irigasi Mojokopek Desa Karangrejo, Gempol yang dilakukan oleh Dinas Sumberdaya Air dan Tata Ruang pada Kamis (15/08 ) berjalan dengan lancar. Para pemilik lapak hanya pasrah menyaksikan alat berat yakni eskavator warna kuning mengobrak-abrik bangunan semi permanen milik mereka.

Meski pelaksanaan pembongkaran yang dimulai pukul 08.30 WIB berjalan aman, pihak dinas terkait tak mau kecolongan dalam kegiatan tersebut. Puluhan personil dari Satpol PP, Kodim, Koramil, dan Kepolisian Polsek Gempol disiagakan di lapangan guna mengamankan jalan pembongkaran. Termasuk juga mengatur arus lalu lintas yang melaju dari arah Pandaan menuju Surabaya karena lokasi pembongkaran berada di pinggir jalan Nasional Surabaya – Malang.

Menurut keterangan Khafidon Kabid Bina Manfaat Dinas Sumberdaya Air dan Tata Ruang, sebelum pembongkaran dilakukan, pihaknya terlebh dahulu melakukan sosialisasi serta memberikan surat peringatan kapada para PKL. Isinya untuk membongkar bangunan mereka, barang dagangan dan peralatan yang bisa dimanfaatkan untuk dipindahkan

Ia menambahkan, saluran irigasi Mojokopek selama ini tidak berfungsi dengan baik akibat saluran tersumbat sampah dan juga penyempitan imbas adanya bangunan semi permanen milik para PKL. Jumlah PKL yang berjualan Apollo lebih kurang 45 orang. Dari jumlah itu sebagian sudah melakukan pembongkaran sendiri atau pindah ke tempat lain untuk berjualan.

Keterangan yang sama disampaikan oleh Eka, Kepala UPT Dinas Sumberdaya  Air dan Tata Ruang Pandaan. Ia menerangkan bahwa pihaknya mengalami kesulitan melakukan normalisasi saluran irigasi di sana karena ada bangunan semi permanen. Selain air tak lancar karena tersumbat, jalan Nasional juga sering tergenang air dari saluran irigasi.

“Kalau tak ditertibkan bangli di saluran irigasi di sana. Dampaknya kita kesulitan untuk melakukan normalisasi,“ jelas Eka. (bib/par/ian) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO