​PP Tebuireng Produksi Film Hadratussyaikh & Ahmad Dahlan, Peserta Open Casting 800 Orang Lebih (1)

​PP Tebuireng Produksi Film Hadratussyaikh & Ahmad Dahlan, Peserta Open Casting 800 Orang Lebih (1) Poster film "Jejak Langkah 2 Ulama" ini belum final. Tapi cukup menyedot perhatian publlik ketika dilansir di medsos. foto: dokumentasi Pesantren Tebuireng

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Pondok Pesantren (PP) Jombang Jawa Timur kembali melakukan lompatan besar dalam pengembangan kreativitas santri dan budaya, terutama di lingkungan pondok pesantren. Pesantren yang diasuh Dr Ir KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) itu kini memproduksi film bertitel “Jejak Langkah 2 Ulama” bekerja bareng Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah. Apa urgensi film bagi pesantren? Simak laporan BANGSAONLINE.com mulai hari ini.

“Jejak Langkah 2 Ulama” ini sangat fenomenal. Sebab mengangkat perjalanan dua ulama besar yang juga pendiri dua organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Yaitu Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Hadratussyaikh - demikian KH. M. Hasyim Asy’ari dipanggil - mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926, sedang Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912.

Karena itu penggarapan film ini perlu kerja ekstra keras, disamping kreativitas yang tinggi dan cerdas. Produksi film ini bekerja bareng Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah.

ini bakal digarap pada Agustus 2019 mendatang. Sekarang para kru film yang terdiri dari para ustadz, santri, dan alumni Pesantren sedang sibuk menangani open casting.

“Sudah 800 peserta lebih yang daftar,” tutur Ustadz Zein yang bertindak sebagai produser kepada BANGSAONLINE.com.

Mulai Senin (8/7/2019), para peserta open casting film Jejak Langkah 2 Ulama itu melakukan serangkaian casting di Pesantren .

Dalam beberapa tahun terakhir ini Pesantren memang sedang konsen pada pembuatan film, di samping rutinitas ajar-mengajar dan pendidikan yang terus berlangsung. Rintisan film ini dilakukan pesantren selain untuk pengembangan budaya juga sekaligus sarana pengembangan kreativitas santri. Sebab – seperti pernah disampaikan KH. Abdul Wahid Hasyim, putra Hadratussyaikh – para santri yang berlajar di Pesantren tidak semuanya bercita-cita jadi kiai atau ulama. Tapi juga banyak santri yang bercita-cita jadi pemimpin negara, birokrat, pengusaha, bintang film, wartawan, dan sebagainya. Karena itu semua ajang kreativitas perlu mendapat perhatian dan dikembangkan.

Nah, sejak Gus Sholah menjadi pengasuh Pesantren , hampir semua kreativitas santri terkait media massa mendapat perhatian. Misalnya penerbitan, terutama majalah dan buku. Kini majalah TEBUIRENG terbit secara ajeg. Begitu juga buku. Banyak buku diterbitkan Pustaka , baik buku yang ditulis para santri, ustadz maupun alumni Pesantren .

Kini Pesantren merambah dunia film. Yaitu produk budaya popular yang bisa dikatakan masih asing bagi dunia pesantren. Yang menarik, Gus Sholah juga terlibat aktif memberi pengarahan terutama menyangkut tema film.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO