​Jawa Timur Dikepung Banjir, Kabupaten Madiun Wilayah Terparah

​Jawa Timur Dikepung Banjir, Kabupaten Madiun Wilayah Terparah Khofifah Indar Parawansa menggendong bayi yang ikut mengungsi di Posko Kesehatan di Balai Desa Garon, Kabupaten Madiun. foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Intensitas hujan dengan kapasitas sedang hingga tinggi yang melanda Jawa Timur sejak Selasa (5/3) berdampak terjadinya banjir di sebagian wilayah provinsi paling Timur Pulau Jawa ini. Dari data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim, total ada 15 kabupaten yang dilanda banjir. Kondisi ini membuat Jawa Timur seperti dikepung banjir.

Lima belas daerah itu adalah Kabupaten Madiun, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Probolinggo, Blitar, Kediri, Megetan, Sidoarjo dan Nganjuk. Dari 15 Kabupaten itu, Kabupaten Madiun menjadi wilayah yang terparah dilanda banjir.

Melihat kondisi tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa langsung bertindak cepat mengoordinasikan jajarannya di Pemprov Jatim untuk membantu Pemkab yang wilayahnya dilanda banjir. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang langsung terlibat di lapangan di antaranya, Biro Kesos, Dinsos, Dinkes PU Pengairan dan BPBD Jatim. Tak butuh waktu lama, Khofifah pun sejak Rabu (6/3) malam sudah berada di Kabupaten Madiun untuk melakukan koordinasi penanggulangan banjir. Ia pun membawa sembako untuk para warga yang mengungsi.

“Ada 15 Kabupaten yang dilanda banjir. Ada yang karena intensitas hujan tinggi, tapi ada juga yang karena jebolnya tanggul seperti yang terjadi di Kabupaten Madiun. Di Madiun ini adalah wilayah yang paling parah dan luas dampaknya,” tutur Khofifah, Kamis (7/3) saat meninjau posko kesehatan di Balai Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.

Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu juga meninjau sejumlah lokasi yang masuk kategori terparah, seperti Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balerejo. Di Desa ini, ada Pondok Pesantren Terpadu Wisma Wisnu. Pondok Pesantren yang berada di bibir sungai Jeroan. Tak pelak ratusan santri di pesantren itu terjebak banjir. Khofifah pun mendatangi pesantren tersebut dengan membawa sejumlah bantuan termasuk nasi bungkus siap santap.

Akses jalan menuju pesantren yang terputus karena tingginya genangan air tak membuat nyali Ketua Umum Muslimat NU itu surut. Ia pun memutuskan menggunakan perahu karet demi bisa mendatangi para santri di Pondok Pesantren Wisma Wisnu.

Dari Pesantren, Khofifah meninjau salah satu tanggul yang jebol. Lokasi tanggul itu tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda 2 dan roda 4, Khofifah pun harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer melewati jalan setapak yang licin.

“Saya berharap ada koordinasi untuk jangka menengah dan panjang dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo untuk mendeteksi tanggul-tanggul di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo agar bisa diantisipasi sebelum tanggul itu jebol. Karena itu perlu koordinasi yang baik dengan lintas instansi,” imbuh Khofifah.

Mantan Menteri Sosial itu mengungkapkan pentingnya mengantisipasi meluapnya Sungai Bengawan Solo terutama saat tingginya intensitas hujan. Karena itu, pihaknya akan menambah tiga sudetan baru. Dari hasil konsultasi dengan pakar air, Sungai Bengawan Solo membutuhkan lima sudetan, dan saat ini baru terdapat dua sudetan.

“Saya sudah minta untuk menyempurnakan tata ruang wilayah Jatim, kira-kira di kabupaten mana saja yang bisa menyiapkan lahan untuk dijadikan sudetan Sungai Bengawan Solo, jadi bisa sustain. Kalau butuhnya lima sudetan sekarang baru ada dua, potensi meluapnya Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke kali-kali tertentu tidak bisa kita selesaikan tuntas dan butuh langkah strategis jangka panjang," katanya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO