SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Menanggapi upaya peningkatan literasi di Indonesia, khususnya di Surabaya, mahasiswa Unesa menciptakan program pelatihan literasi pada anak sekolah dasar berbasis lingkungan, yang bertajuk Ciplukan.
Program ini merupakan tercetys dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang digagas oleh lima mahasiswa Unesa, yakni Herfina Clara Rosa Linda Putri (22), Cindy Indrawati (21), Nur Halimah (23), Nunung Giarti (21), dan Avifa Nur Qomariyah (19). Dengan dibimbing oleh dosen Unesa, Prima Vidya Asteria, program ini dilakukan di SDN Lidah Kulon IV Surabaya.
BACA JUGA:
- Dijambret di Jalan Banyu Urip, Mahasiswi Unesa Tersungkur
- Gandeng UI, Pesantren Algebra Bogor Optimistis Cetak Saintis dan Pemimpin Masa Depan
- Pesan Hadratussyaikh: Guru Pakai Parfum, Jangan Ngajar Jika Ngantuk, Lapar, dan Marah
- Orang Pintar Tak Lagi Jadi Idola, Akibat Gaji Dosen Kecil? Guru Ngaji Aja Rp 30 Juta di Brunei
Program ini dibuat untuk membantu upaya pemerintah dalam mengembangkan literasi di Indonesia. Herfina, sebagai ketua tim, mengungkapkan bahwa kesadaran literasi di wilayah Lidah Kulon cukup rendah, khususnya di bidang membaca. Bahkan menurutnya, di kalangan mahasiswa, minat baca tergolong rendah.
Kegiatan ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Bahkan Kepala Sekolah SDN Lidah Kulon IV, turut senang dengan kegiatan ini. “Sangat bermanfaat dan berguna untuk siswa dan siswa SDN LidahKulon IV baik sekarang maupun masa datang. Harapan saya, semoga melalui kegiatan CIPLUKAN, anak-anak lebih kreatif dalam pembuatan karya sastra. Baik karya sastra cerpen maupun puisi,” tutur Mushola.
Ciplukan, Tandur, Decil, dan Lamtoro
Ciplukan merupakan akronim dari Cipta Literasi Untuk Anak Negeri. Program ini merupakan program pembelajaran literasi lintas disiplin berbasis lingkungan, serta berorientasi dwi bahasa. Herfina mengungkapkan bahwa pendidikan lingkugan merupakan kegiatan lapangan yang cocok untuk disisipi kegiatan literasi, terlebih pendidikan lingkungan juga sangat dibutuhkan masyarakat pada era kini, yang tingkat sadar lingkungannya kurang. Misalnya dalam menciptakan poster-poster yang berkaitan dengan menyelamatkan lingkungan, secara tidak langsung anak didik akan berliterasi.
“Saya bekerja sama dengan tim memanfaatkan kemampuan SDM yang ada, kebetulan tim kami dari jurusan Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Untuk konsep kegiatan sendiri ini terinspirasi dari mulai maraknya penulis cilik dan Pendidikan Lingkungan yang kami ambil karena kami anggap sebagai kegiatan lapangan yang apik untuk disisipi literasi. Selain itu pendidikan lingkungan juga sangat diperlukan untuk masyarakat yg tinggal di area perkotaan,” ungkap dia.
Selain itu, Herfina meyakini sistem belajar di luar kelas dan aktif akan membuat anak betah dan tidak merasa bosan. Terlebih mereka menggunakan Tandur Quantum Teaching sebagais trategi belajar. Herfina dan tim mengajak anak didik mereka untuk belajar dan aktif dengan suasana yang menyenangkan. Hal itu sesuai dengan kepanjangan dari Tandur, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.