SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Potensi Jawa Timur dalam bidang farmasi diprediksi mencapai Rp 100 miliar. Potensi itu membuat Gubernur Jatim, Soekarwo berencana membentuk badan usaha milik daerah (BUMD) bidang farmasi.
Karena itu, pihaknya akan mengusulkan kepada DPRD Jatim untuk merealisasikan BUMD bidang farmasi tersebut. Alasannya ada potensi sekitar Rp 100 milliar yang bisa dimasukkan ke dalam pendapatan asli daerah (PAD) dari bidang farmasi.
BACA JUGA:
- Di Sidang Paripurna Raperda RUED, Pj Gubernur Jatim Sebut Potensi EBT Capai 188.410 MW
- Stop Buang Air Besar Sembarangan, Pj Gubernur Jatim Ajak 8 Daerah Teken Komitmen Bersama
- 24.423 Siswa Lolos Masuk PTN Jalur SNPB 2024, Pj Gubernur Jatim: Terbanyak Nasional 5 Tahun Beruntun
- Gelar Bazar Ramadan, Pj Gubernur Jatim: Jadi Sabuk Pengaman dan Upaya Stabilkan Harga Bahan Pokok
"Jadi itu perantara dari pabrik ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) terus dijual ke rumah sakit. PBF punya untung, jelas itu untungnya. Sekarang tidak usah beli ke PBF, milik kita sendiri. Kan berarti keuntungan dari PBF milik kita bisa jadi PAD," ujar gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut seusai sidang paripurna di Gedung DPRD Jatim, Selasa (17/4).
Dari hitungannya, ada selisih Rp 100 milliar yang bisa masuk ke PAD seandainya memiliki sendiri BUMD yang bergerak di bidang farmasi ini. Bahkan Pakde Karwo menyebutkan angka Rp 120 milliar potensi penghasilan setiap tahunnya.
"Tadinya itu di Rumah Sakit dr Soetomo bisa selisih Rp 50 milliar, itu PAD. Kalau seluruh rumah sakit Rp 100 milliar. Besar itu pendapatannya," jelasnya.
Selain itu, menurut mantan Sekdaprov Jatim ini, keuntungan lain jika memiliki BUMD bidang farmasi dapat mempercepat distribusinya. Sebab, dengan begitu ada rantai jalur distribusi yang terpotong. Sehingga diharapkan barang-barang dapat segera disediakan ketika diperlukan.