​Teror Bernuansa SARA Bisa Ganggu Kondusifitas Pilkada Serentak

​Teror Bernuansa SARA Bisa Ganggu Kondusifitas Pilkada Serentak Airlangga Pribadi Kusman, Ph. D, pengamat politik Unair.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Rangkaian teror bernuansa Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) menarget simbol dan tokoh agama yang semula terjadi di Jawa Barat dan Jogjakarta. Saat ini mulai bergeser ke Jawa Timur. Teror itu terjadi secara beruntun mulai dari Tuban, Lamongan, Lumajang dan Kediri. Di sejumlah tempat pelakunya berhasil diamankan tapi setelah diperiksa teridentifikasi mengalami gangguan jiwa alias orang gila.

Airlangga Pribadi Kusman, pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) menanggapi fenomena teror yang belakangan terjadi di Jawa Timur. Menurutnya, rangkaian teror itu jelas ingin membuat masyarakat resah dan saling curiga. Sehingga Jawa Timur yang selama ini dikenal kondusif akan bergejolak. Kalau tidak segera diatasi ini bisa berdampak pada pilkada serentak yang berlangsung di 18 Kabupaten/Kota plus Pilgub Jatim.

"Kalau aparat berwenang tidak cepat mengambil tindakkan meredam rangkaian teror tersebut. Tentunya akan membuat pilkada di Jatim menjadi tidak kondusif dan mengancam tahapan pilkada," urai Doktor ilmu politik lulusan Murdoch University, Australia itu, Selasa (20/2).

Direktur Eksekutif The Initiative Institute (TII) ini menilai ada aktor intelektual dibalik rangkaian teror yang terjadi belakangan ini. Mengingat polanya sistematis dan massif. Dosen FISIP Unair yang akrab disapa Angga ini menganalisa, tujuan teror itu untuk mendelegitimasi pemerintah Jokowi dan menjatuhkan wibawa pemerintah di mata rakyat, termasuk diantaranya aparatur negara.

Angga berharap segera ada tindakan hukum yang tegas dan terukur dari aparat negara untuk meredam serta mengungkap kasus ini. Jangan sampai fungsi dan peran negara hilang karena akan mengancam stabilitas. Terlebih situasi teror ini terjadi ditengah suasana kompetisi pemilihan kepala daerah. Sebab itu, langkah antisipatif penting untuk mencegah pihak tak bertanggung jawab memainkan atau menggoreng isu ini di media sosial.

"Kalau teror terus terjadi bisa memicu konflik horizontal antar pendukung kandidat. Apalagi bila ada yang menggoreng isu bernuansa SARA ini dan menbawanya ke ranah politik," imbuh Angga.

Terpisah, Sekretaris Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim, Mohammad Abid Umar Faruq mengimbau masyarakat Jawa Timur, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU) agar tetap tenang dan tidak mengambil inisiatif sendiri-sendiri. Pihaknya meminta agar masalah sensitif ini diserahkan kepada pimpinan PWNU Jatim.

Kader muda NU yang akrab disapa Gus Abid ini menyatakan kesiapan Gerakn Pemuda Ansor mengerahkan personil Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk mengamankan tempat ibadah dan melindungi ulama serta tokoh agama. Langkah itu lanjut Abid, tentunya atas perintah kiai dan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum.

"Kemarin Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Mojo, Kediri juga sempat didatangi orang tak dikenal tapi kita tak main hakim sendiri. Kita serahkan terduga pelaku ke pihak Kepolisian. Terpenting tetap siaga, agar tidak kecolongan, " ujar cucu KH. Zainuddin Djazuli ini. (mdr/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO